JAKARTA - Sebanyak 1.078.000 vaksin COVID-19 kedaluwarsa pada hari ini. Satu juta vaksin yang kedaluwarsa per hari ini tersebar di 29 provinsi.
Provinsi terbanyak yang memiliki vaksin bakal kedaluwarsa ada Bali dengan 191.540 dosis. Disusul Nusa Tenggara Timur dengan 132.588 dosis, Lampung 107.190 dosis, DKI Jakarta 104.238 dosis, dan Jambi 67.032 dosis.
Jumlah vaksin bakal kedaluwarsa ini dilihat dari data yang dihimpun Kementerian Kesehatan per tanggal 25 Maret lalu.
Hal ini diungkapkan Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Maxi Rein Rondonuwu dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi IX pada Rabu, 30 Maret.
Maxi mengatakan, jenis vaksin yang paling banyak kedaluwarsa periode Maret ini adalah AstraZeneca. Kemudian, sebagiannya merupakan Sinovac dan sedikit Moderna.
"Yang paling banyak (kedaluwarsa) memang AstraZeneca, dan sebagian Sinovac. Namun, kemungkinan Sinovac kini akan habis karena ini untuk anak-anak dan mudah dicari sasarannya," kata Maxi dilihat dalam Youtube Komisi IX DPR RI Channel, Kamis, 31 Maret.
Maxi menjelaskan saat ini hampir seluruh provinsi telah memiliki stok vaksin yang kedaluwarsa pada periode Januari 2021 hingga Maret 2022 dengan total 19,3 juta dosis. Provinsi dengan jumlah tertinggi vaksin yang telah kedaluwarsa ada di Jawa Tengah yang mencapai 1,1 juta lebih dosis.
"Jadi hampir semua provinsi ada vaksin yang expired. (Vaksin kedaluwarsa) yang paling banyak itu AstraZeneca," ungkap Maxi.
BACA JUGA:
Maxi mengungkapkan penyebab banyaknya vaksin COVID-19 yang kedaluwarsa sebelum digunakan. Maxi berujar, hampir semua vaksin yang akan kedaluwarsa merupakan pemberian atau hibah dari negara lain. Vaksin hibah ini, rata-rata memiliki masa kedaluwarsa cukup pendek dari masa produksinya.
"Terus terang vaksin hibah itu umurnya pendek. Itu yang saya kira, yang menyebabkan makin lama angka expired date (vaksin COVID-19) kita makin tinggi," tutur Maxi.
Sedangkan melihat mayoritas vaksin yang kedaluwarsa merupakan AstraZeneca, Maxi menyebut hal ini disebabkan sentimen masyarakat yang enggan disuntikkan vaksin produksi Inggris tersebut.
"AstraZeneca ini, saya kira Bapak-Ibu tahu dan bukan rahasia lagi (AstraZeneca) banyak ditolak di daerah ya. Kalau kita kirim ke daerah itu,ada yang bilang jangan dulu. Dikirim ke Biofarma, menumpuk lagi di Biofarma,” kata dia.