JAKARTA - Menteri Luar Negeri China Qin Gang mengatakan pada Hari Selasa, Beijing akan mempertahankan jalur komunikasi dengan semua pihak yang terlibat dalam perang di Ukraina, termasuk Jerman, dalam mengupayakan gencatan senjata.
Negara-negara Eropa telah berulang kali mengkritik China karena penolakannya untuk menggambarkan perang Rusia di Ukraina sebagai sebuah invasi, atau menyerukan penarikan Rusia.
Beijing telah membantah kekhawatiran Barat, bahwa mereka mungkin mempertimbangkan untuk mempersenjatai Rusia dalam kampanye Ukraina, yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus" melawan ancaman keamanan.
"Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan negara besar yang bertanggung jawab, China tidak akan menonton api dari sisi lain atau menambah bahan bakar ke dalam api," kata Menlu Qin kepada para wartawan bersama dengan Menlu Jerman Annalena Baerbock, dalam sebuah kunjungan ke Berlin, dilansir dari Reuters 10 Mei.
"China bersedia untuk menjaga komunikasi dengan pihak-pihak terkait, termasuk Jerman, untuk mencapai gencatan senjata lebih awal," sambungnya.
Sementara itu, Menlu Baerbock menyambut baik pembicaraan Presiden China Xi Jinping dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky baru-baru ini, yang pertama sejak invasi Rusia pada Februari 2022, tetapi mengatakan bahwa penting bagi Beijing untuk menegaskan dukungannya bagi kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina.
Dia mengatakan, China - yang dengan Moskow menyatakan kemitraan tanpa batas hanya beberapa hari sebelum pasukan Rusia menyerbu Ukraina - "dapat memainkan peran penting dalam mengakhiri perang jika memilih untuk melakukannya".
Dalam kesempatan itu, Menlu Qin dan Menlu Baerbock juga menyinggung proposal Uni Eropa untuk memasukkan beberapa perusahaan China ke dalam daftar hitam, membatasi ekspor ke negara-negara yang dianggap terlibat dalam pelanggaran pembatasan perdagangan Rusia di bawah serangkaian sanksi Uni Eropa terbaru terhadap Moskow atas invasi tersebut.
Menlu Qin mengatakan, Beijing "dengan tegas menentang beberapa negara yang menggunakan apa yang disebut sebagai hukum mereka untuk memberlakukan yurisdiksi tangan panjang dan sanksi sepihak terhadap negara lain, termasuk China".
BACA JUGA:
"China akan membuat tanggapan yang diperlukan dan dengan tegas melindungi hak-hak yang sah dan kepentingan yang sah dari perusahaan-perusahaan China," ujar Menlu Qin
Sedangkan Menlu Baerbock mengatakan, negosiasi mengenai paket sanksi baru sedang berlangsung, tetapi secara umum penting untuk mencegah perusahaan-perusahaan pertahanan Rusia "mendapatkan akses ke barang-barang yang relevan dengan perang", dan untuk memastikan "bahwa barang-barang yang terkena sanksi tidak jatuh ke tangan yang salah".
Diketahui, Jerman telah menilai kembali hubungan bilateralnya dengan China di tengah meningkatnya kewaspadaan terhadap Beijing sebagai saingan strategis, meskipun China tetap menjadi mitra dagang terbesar Berlin.