China Berharap Rusia dan Ukraina Adakan Pembicaraan Damai, Presiden Xi Dinilai Bisa Jadi 'Jalur Belakang'
Menteri Luar Negeri China Qin Gang. (Twitter/@AmbQinGang)

Bagikan:

JAKARTA - China prihatin dengan eskalasi perang di Ukraina, berharap Moskow dan Kyiv akan mengadakan pembicaraan damai, diplomat senior Beijing Qin Gang mengatakan kepada mitranya dari Ukraina dalam panggilan telepon Hari Kamis.

China, yang telah menahan diri untuk tidak mengutuk Rusia atas invasinya ke Ukraina, mendesak kedua belah pihak untuk menyetujui de-eskalasi bertahap yang mengarah pada gencatan senjata yang komprehensif dalam makalah 12 poin tentang "resolusi politik krisis Ukraina".

Rencana tersebut, yang mendapat sambutan hangat dari kedua belah pihak, menyerukan perlindungan warga sipil dan penghormatan pada kedaulatan masing-masing pihak.

"China berharap semua pihak akan tetap tenang, rasional dan menahan diri, dan melanjutkan pembicaraan damai sesegera mungkin," kata Menlu Qin kepada Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba, menurut sebuah pernyataan Kementerian Luar Negeri China, melansir Reuters 17 Maret.

Menlu Qin menambahkan, China berharap Ukraina dan Rusia tidak akan menutup pintu untuk solusi politik, tidak peduli seberapa sulit dan menantang situasinya, kata kementerian tersebut.

Sementara, Menlu Kuleba mengatakan, ia dan Menlu Qin telah mendiskusikan "pentingnya prinsip integritas teritorial" selama panggilan telepon tersebut.

"Saya menggarisbawahi pentingnya Formula Perdamaian (Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky), untuk mengakhiri agresi dan memulihkan perdamaian yang adil di Ukraina," tulis Kuleba di Twitter.

Diketahui, Ukraina telah mengatakan setiap rencana untuk mengakhiri konflik, harus melibatkan penarikan pasukan Rusia ke perbatasan Ukraina pada tahun 1991, tahun di mana Uni Soviet dibubarkan.

Terpisah, Presiden China Xi Jinping diperkirakan akan mengunjungi Presiden Rusia Vladimir Putin secepatnya minggu depan, untuk kemudian mengadakan pertemuan virtual dengan Presiden Zelensky.

Para analis mengatakan, akan sulit bagi China untuk membawa Rusia dan Ukraina ke meja perundingan. Namun, beberapa pihak mengatakan Presiden Xi dapat bertindak sebagai 'jalur belakang' untuk memulai momentum menuju perundingan.