Soal Perang Rusia-Ukraina, Presiden China: Kami Tidak akan Duduk Diam, Menuangkan Minyak ke Api, Apalagi Mencari Keuntungan
Presiden China Xi Jinping saat berkunjung ke Rusia. (Sumber: Vladimir Astapkovich/RIA Novosti via Kremlin)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden China Xi Jinping untuk pertama kalinya berbicara dengan Pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky melalui saluran telepon sejak invasi Rusia tahun lalu pada Hari Rabu, setelah Kyiv menantikan hal tersebut berbulan-bulan.

Presiden Zelensky segera mengisyaratkan pentingnya kesempatan untuk membuka hubungan yang lebih dekat dengan sekutu Rusia yang paling kuat itu, menunjuk mantan menteri kabinet sebagai duta besar baru Ukraina untuk Beijing.

Menggambarkan panggilan telepon itu sebagai "panjang dan bermakna", Presiden Zelensky menuliskan di Twitter: "Saya percaya bahwa panggilan ini, serta penunjukan duta besar Ukraina untuk China, akan memberikan dorongan yang kuat untuk pengembangan hubungan bilateral kita," seperti melansir Reuters 26 April.

Sementara itu, Prresiden Xi mengatakan kepada Presiden Zelensky, China akan mengirim perwakilan khusus ke Ukraina dan mengadakan pembicaraan dengan semua pihak untuk mencari perdamaian, lapor media pemerintah China.

Menahan diri tidak mencela invasi Rusia ke Ukraina, Xi Jinping melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow bulan lalu, mempromosikan 12 poin rencana perdamaian untuk mengakhiri perang yang disambut hati-hati oleh Kyiv namun dipandang skeptis oleh Barat.

China akan fokus mempromosikan pembicaraan damai, dan melakukan upaya gencatan senjata sesegera mungkin, kata Presiden Xi kepada Presiden Zelensky, menurut laporan media pemerintah China.

"Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan negara besar yang bertanggung jawab, kami tidak akan duduk diam, atau menuangkan minyak ke atas api, apalagi mencari keuntungan darinya," kata Presiden Xi.

Gedung Putih menyambut baik seruan itu, yang dikatakan tidak memiliki pengetahuan lebih lanjut, tetapi mengatakan terlalu dini untuk mengatakan apakah itu akan mengarah pada kesepakatan damai.

"Itu hal yang bagus. Sekarang, apakah itu akan mengarah pada semacam gerakan perdamaian yang berarti, atau rencana, atau proposal, saya rasa kita belum mengetahuinya sekarang," kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby.

Diketahui, perang Rusia-Ukraina sudah berjalan sekitar 14 bulan, dengan Kyiv bersiap untuk meluncurkan serangan balasan dalam beberapa minggu atau bulan mendatang, setelah serangan musim dingin Rusia yang hanya membuat kemajuan bertahap, meskipun pertempuran paling berdarah sejauh ini.

Sejauh ini, belum ada upaya pembicaraan damai yang nampak, dengan Kyiv menuntut Rusia menarik pasukannya, sedangkan Moskow bersikeras Ukraina harus mengakui klaimnya telah mencaplok wilayah yang direbut.

Pejabat Ukraina telah lama meminta Beijing untuk menggunakan pengaruhnya di Rusia untuk membantu mengakhiri perang.

China mengatakan, mereka diposisikan untuk membantu menengahi konflik karena tidak memihak.

"Apa yang telah dilakukan China untuk membantu menyelesaikan krisis Ukraina telah diakui," kata Yu Jun, wakil kepala Departemen Eurasia Kementerian Luar Negeri.

Terpisah, menanggapi pembicaraan pemimpin China dan Ukraina, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan: "Kami mencatat kesiapan pihak China untuk melakukan upaya membangun proses negosiasi."