Menlu China: Tangan Tak Terlihat Gunakan Krisis Ukraina untuk Melayani Agenda Geopolitik Tertentu
Menlu China Qin Gang. (Sumber: Kementerian Luar Negeri RI/Lusinta Agustina)

Bagikan:

JAKARTA - Krisis Ukraina tampaknya didorong oleh sebuah tangan tak terlihat yang mendorongnya berlarut-larut dan eskalasi konflik, Menteri Luar Negeri China Qin Gang mengatakan pada Hari Selasa.

"Tangan tak terlihat tersebut menggunakan krisis Ukraina untuk melayani agenda-agenda geopolitik tertentu," kata Menteri Qin di sela-sela pertemuan parlemen tahunan di Beijing, menyerukan agar dialog dimulai sesegera mungkin, melansir Reuters 7 Maret.

"Konflik, sanksi dan tekanan tidak akan menyelesaikan masalah. Proses pembicaraan damai harus dimulai sesegera mungkin, dan masalah keamanan yang sah dari semua pihak harus dihormati," seru Menteri Qin.

Pengulangan Menlu Qin tentang posisi China dalam perang Ukraina, terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara Beijing dan Uni Eropa, yang mempertanyakan ketulusan China sebagai mediator ketika menolak menyebut Rusia sebagai agresor dalam konflik tersebut.

Menlu Qin juga mengatakan, Beijing tidak memberikan senjata ke kedua pihak yang berkonflik di Ukraina, di tengah peringatan keras dari pejabat AS tentang "konsekuensi" yang tidak ditentukan untuk China, jika mengirim bantuan mematikan ke Rusia.

"(China) bukan pihak yang terlibat dalam krisis dan tidak memberikan senjata kepada salah satu pihak yang bertikai. Jadi atas dasar apa pembicaraan mengenai kesalahan, sanksi dan ancaman terhadap China? Ini sama sekali tidak dapat diterima," tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Menu Qin mengatakan China harus memajukan hubungannya dengan Rusia, karena dunia menjadi lebih bergejolak dan interaksi yang erat antara Presiden Xi Jinping dan mitranya dari Rusia Vladimir Putin.

Dia tidak memberikan jawaban pasti ketika ditanya apakah Presiden Xi akan mengunjungi Rusia setelah sidang parlemen China.

Diketahui, sejak Rusia menginvasi tetangganya di barat daya setahun yang lalu, Presiden Xi telah mengadakan pembicaraan beberapa kali dengan Presiden Putin, tetapi tidak dengan mitranya dari Ukraina. Hal ini merusak klaim netralitas China dalam konflik tersebut, kata diplomat top Kyiv di Beijing bulan lalu.