China Sebut Tangan Tak Terlihat di Konflik Ukraina, Rusia: Washington Tidak Ingin Perang Ini Berakhir
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov. (Wikimedia Commons/Пресс-служба Президента России)

Bagikan:

JAKARTA - Rusia mengatakan pada Hari Selasa, Amerika Serikat mengemudikan perang di Ukraina, mengatakan menteri luar negeri China bercanda ketika dia mengatakan "tangan tak terlihat" yang harus disalahkan.

Sedangkan mengenai kedudukan China dalam urusan dunia, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov juga mengatakan, Moskow memperhatikan rencana perdamaian 12 poin untuk Ukraina yang diterbitkan Beijing bulan lalu.

Peskov berbicara setelah Menteri Luar Negeri China Qin Gang mengatakan krisis Ukraina tampaknya didorong oleh tangan tak terlihat, mendorong untuk memperluas dan meningkatkan konflik dan menggunakannya "untuk melayani agenda geopolitik tertentu".

"Di sini kita mungkin tidak setuju dengan rekan-rekan China kita. Ini tentu saja sebuah lelucon. Anda tahu apa leluconnya: ini bukan tangan yang tidak terlihat, ini adalah tangan Amerika Serikat, ini adalah tangan Washington, " kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada wartawan, melansir Reuters 7 Maret.

"Washington tidak ingin perang ini berakhir. Washington ingin dan sedang melakukan segalanya untuk melanjutkan perang ini. Ini adalah tangan yang terlihat," lanjutnya.

Sebelumnya, Moskow telah berulang kali menyatakan Amerika Serikat dan sekutunya menggunakan Ukraina untuk berperang melawannya. Narasi itu ditolak oleh Kyiv dan Barat, yang mengatakan Ukraina berjuang untuk bertahan hidup melawan perampasan tanah kekaisaran Rusia.

Sementara itu, mengenai inisiatif gencatan senjata China yang diumumkan bulan lalu, Peskov mengatakan Moskow terus berhubungan dengan Beijing.

"Negara besar, raksasa, kuat dan berwibawa seperti China tidak bisa gagal untuk memiliki suaranya sendiri dalam masalah-masalah yang menjadi agenda dunia," sebut Peskov.

"Kami sangat memperhatikan semua ide yang kami dengar dari rekan-rekan kami di Beijing," tandasnya.

Diketahui, China telah menolak menyebut Rusia sebagai agresor, sementara sering mengkritik Amerika Serikat karena mengintimidasi negara lain dengan sanksi. Pada saat yang sama, ia menyatakan keprihatinan yang mendalam bahwa konflik dapat meningkat atau "melepas kendali".