Rusia Lanjutkan Upaya Merebut Bakhmut, Ukraina Pastikan Pasukannya Bertahan, Presiden Zelensky: Tidak Ada Posisi Lain
Presiden Zelensky saat menemui militer Ukraina. (Sumber: President.gov.ua)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky secara terbuka berkomitmen mempertahankan pasukannya di Bakhmut, setelah berhari-hari di mana mereka tampaknya akan mundur, memperpanjang pertempuran paling berdarah dalam upaya untuk menghancurkan pasukan penyerang Moskow.

Moskow telah mengirim ribuan tentara secara bergelombang selama beberapa pekan terakhir, untuk mencoba merebut kota Ukraina timur dan mengamankan kemenangan medan perang pertamanya dalam lebih dari setengah tahun.

Sementara, pasukan Ukraina telah menggali parit lebih jauh ke barat dan dalam beberapa hari terakhir tampaknya bersiap untuk mundur.

Tetapi, pernyataan Presiden Zelensky dalam pidato semalam menunjukkan Kyiv telah memilih tidak hanya untuk tinggal dan berjuang tetapi untuk memperkuat kota, tampaknya yakin kerugian Rusia dalam mencoba menyerbu itu akan lebih besar daripada para pembela.

"Perintah dengan suara bulat mendukung keputusan untuk tidak mundur," kata Presiden Zelensky, melansir Reuters 7 Maret.

"Tidak ada posisi lain. Saya mengatakan kepada panglima tertinggi untuk menemukan pasukan yang tepat untuk membantu orang-orang kita di Bakhmut," sambungnya.

Rusia, yang melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina setahun lalu dan mengklaim telah mencaplok hampir seperlima wilayahnya, mengatakan merebut Bakhmut akan menjadi langkah untuk merebut kawasan industri Donbas di sekitarnya, tujuan perang besar.

"Pembebasan Artemovsk berlanjut," kata Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dalam sambutannya di televisi, menggunakan nama era Soviet untuk Bakhmut, yang diadopsi kembali oleh Rusia yang menyerang.

"Kota ini adalah pusat penting untuk mempertahankan pasukan Ukraina di Donbas. Mengambil kendali akan memungkinkan tindakan ofensif lebih lanjut dilakukan jauh ke dalam garis pertahanan Ukraina," sebutnya.

Terpisah, ahli strategi Barat mengatakan kota yang hancur itu memiliki nilai terbatas, dan serangan Rusia mungkin bertujuan untuk kemenangan simbolis, setelah serangan musim dingin yang melibatkan ratusan ribu tentara cadangan dan pejuang wajib militer dari tentara swasta Wagner. Tetapi, tidak semua pakar Barat setuju dengan kebijakan Ukraina yang berperang di Bakhmut.