Ukraina Tegaskan Terus Memberikan Perlawanan Terhadap Rusia untuk Mempertahankan Kota Bakhmut
Presiden Zelensky saat menemui komandan pasukannya. (Sumber: President.gov.ua)

Bagikan:

JAKARTA - Ukraina mengatakan pada Hari Senin, pasukannya masih berperang melawan upaya pengepungan Bakhmut, sementara Washington mengatakan kendati kota timur itu jatuh ke serangan Rusia, itu tidak akan memberikan momentum Moskow dalam perang.

Kantor Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan, Dia membahas operasi Bakhmut dengan kepala staf umum dan komandan pasukan darat, yang keduanya mendukung "penguatan posisi lebih lanjut di Bakhmut" untuk melanjutkan operasi pertahanan.

Rusia mencoba mengepung Bakhmut untuk mengamankan apa yang akan menjadi keuntungan besar pertamanya dalam lebih dari setengah tahun, pada puncak serangan musim dingin yang telah menyebabkan pertempuran paling berdarah dalam perang tersebut.

Setelah kemenangan Rusia dalam beberapa pekan terakhir, pasukan Ukraina telah memperkuat posisi di barat Bakhmut sebagai persiapan untuk kemungkinan mundur. Namun, laporan dari para komandan pada Hari Senin menunjukkan bahwa mereka belum memutuskan untuk mundur.

Komandan pasukan darat Ukraina, Oleksandr Syrskyi, mengunjungi Bakhmut pada Minggu, menurut militer. Dia mengatakan, tentara bayaran Grup Wagner Rusia telah mengerahkan pasukan tambahan ke dalam pertempuran, tetapi tentara Ukraina terus bertempur.

Volodymyr Nazarenko, seorang komandan Ukraina di Bakhmut, mengatakan tidak ada perintah untuk mundur dan pasukannya tetap bertahan, meskipun dalam kondisi yang suram.

"Situasi di Bakhmut dan sekitarnya benar-benar kacau, seperti di seluruh front timur," kata Nazarenko dalam sebuah video yang diunggah di Telegram, melansir Reuters 7 Maret.

Setelah kehilangan wilayah yang direbut pada awal invasi sepanjang paruh kedua tahun 2022, Rusia melancarkan serangan musim dingin dengan perang parit yang intens, memanfaatkan ratusan ribu cadangan yang dipanggil akhir tahun lalu.

Selain Bakhmut, serangan Rusia tidak menghasilkan keuntungan berarti, gagal merebut tanah di Provinsi Luhansk lebih jauh ke utara dan membawa kerugian besar khususnya di sekitar Vuhledar ke selatan.

Kyiv, berfokus pada pertahanan selama tiga bulan terakhir, mencoba menimbulkan banyak korban sambil mempersiapkan serangan balasan ketika senjata baru tiba dan tanah berlumpur mengering.

Pertempuran sengit telah menghabiskan cadangan artileri kedua belah pihak, dengan ribuan peluru ditembakkan setiap hari di sepanjang front timur dan selatan. Sekutu Eropa Kyiv sedang mengerjakan kesepakatan untuk mendapatkan lebih banyak amunisi untuk pertarungan.

Berbicara kepada wartawan di Timur Tengah, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengatakan dia tidak akan memprediksi kapan atau apakah pasukan Ukraina akan meninggalkan kota itu, tetapi kejatuhannya "tidak berarti bahwa Rusia telah mengubah gelombang pertempuran ini".

"Saya pikir ini lebih merupakan nilai simbolis daripada nilai strategis dan operasional," kata Menteri Austin.

Moskow mengatakan merebut kota itu akan menjadi langkah menuju tujuan utamanya, untuk merebut seluruh wilayah wilayah Donbas di sekitarnya. Sebaliknya, Kyiv mengatakan kekalahan Rusia dalam upaya merebut sebuah kota yang tinggal puing-puing dapat menentukan jalannya perang di masa depan, dengan menghancurkan kekuatan tempur menjelang pertempuran yang menentukan akhir tahun ini.

Terpisah, lembaga think-tank Institute for War Studies mengatakan, masih belum jelas apakah Ukraina akan menarik diri dari Bakhmut atau tetap bertahan untuk terus melemahkan pasukan Rusia. Sementara, serangan Moskow tampaknya mencapai titik puncaknya.

"Kemungkinan puncak serangan Rusia di sekitar Bakhmut sebelum atau setelah kejatuhannya, serangan Rusia yang sudah memuncak di sekitar Vuhledar, dan serangan Rusia yang terhenti di Oblast Luhansk kemungkinan besar akan menciptakan kondisi yang kuat untuk serangan balasan Ukraina di masa depan," tulis para peneliti.