JAKARTA - Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan dalam sebuah wawancara yang diterbitkan pada Hari Minggu, Ukraina akan mempertahankan pertahanannya selama berbulan-bulan di kota timur Bakhmut, tapi tetap mempertimbangkan harga yang harus dibayar dalam bentuk nyawa manusia.
Presiden Zelensky, dikutip harian Italia Corriere della Sera, saat perdebatan sengit tentang apakah pasukan Kyiv yang kalah jumlah harus tetap berada di kota Ukraina timur, yang telah dihancurkan oleh bombardir Rusia.
Bakhmut, di garis depan wilayah Donetsk, memiliki populasi sebelum perang sebanyak 70.000, tetapi sekarang pejabat Ukraina memperkirakan kurang dari 5.000 warga sipil yang tersisa.
"Ya, ini bukan kota yang sangat besar. Faktanya, seperti banyak kota lain di Donbas, (telah) dihancurkan oleh Rusia. Penting bagi kami untuk mempertahankannya, tetapi tidak dengan harga berapa pun dan tidak semua orang mati," terang Presiden Zelensky kepada harian itu, melansir Reuters 20 Februari.
Analis mengatakan kota itu lebih simbolis daripada nilai strategis, sebagai pintu gerbang ke kota-kota lebih jauh ke barat di wilayah Donetsk.
Presiden Zelensky mengatakan, komandan Rusia bertekad untuk terus maju ke kota Kramatorsk dan Sloviansk, lebih jauh ke barat di wilayah Donetsk "dan sejauh (pusat kota) Dnipro."
"Kami akan melawan dan sementara itu mempersiapkan serangan balasan selanjutnya," tegasnya.
Rusia melancarkan invasinya setahun yang lalu, berkonsentrasi untuk mengamankan kendali atas Donbas, yang terdiri dari wilayah Donetsk dan Luhansk, setelah pada awalnya gagal untuk maju ke ibu kota Kyiv.
Pasukan Rusia telah mengepung Bakhmut sejak Juli ketika mereka merebut dua kota besar lebih jauh ke utara. Dipelopori oleh pasukan tentara bayaran Grup Wagner Rusia, mereka memperoleh keuntungan tambahan di desa-desa terdekat dan pertempuran telah melanda distrik utara dalam beberapa hari terakhir.
BACA JUGA:
Tetapi analis militer Ukraina mengatakan kota itu, yang dilindungi oleh sungai dan kawasan hutan, memiliki arti penting dalam menekan pasukan pendudukan Rusia.
"Saat ini tidak ada alasan bagi militer Ukraina untuk meninggalkan Bakhmut. Kota itu tidak dikepung," kata analis militer Oleksandr Kovaleno dari think tank Ukraina Perlawanan Informasi kepada situs berita nv.ua.
"Bakhmut memainkan peran penting – berfungsi sebagai jebakan. Selama sembilan bulan sumber daya dan sarana pasukan pendudukan Rusia telah terbit dan mereka telah terbunuh dalam jumlah besar. Itu harus dianggap bukan sebagai benteng, tetapi sebagai sebuah jebakan," tandasnya.