JAKARTA - Prancis menilai China memiliki peran penting untuk perdamaian dan stabilitas global, seiring dengan usaha Beijing untuk menjadi penengah dalam konflik Rusia dengan Ukraina.
Itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna, saat menerima kunjungan Menteri Luar Negeri China Qin Gang Hari Rabu.
"Kami tahu pentingnya peran China di panggung dunia dan pentingnya peran yang dapat dimainkan untuk perdamaian dan stabilitas global," kata Menlu Colonna kepada Menlu Qin pada awal pertemuan mereka, melansir The Straitstimes 11 Mei.
"China harus bekerja untuk meyakinkan Rusia agar kembali menghormati Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa," tambahnya, sebelum makan malam yang dijadwalkan di Kementerian Luar Negeri Prancis.
Menlu Colonna sebelumnya mengatakan pada pertemuan kabinet, Beijing harus mendesak Rusia untuk "kembali ke perdamaian".
"Penting bagi China untuk menggunakan hubungannya dengan Rusia untuk membuat Rusia lebih memahami mereka sedang mengalami kebuntuan, dan untuk mengatakan kepada Rusia untuk kembali ke akal sehatnya," katanya.
Entretien dense avec mon homologue Qin Gang, et les ministres Chen Jie & Lu Yingchuan.
Au cœur de nos échanges : notre relation bilatérale avec la volonté d'approfondir nos échanges économiques et humains, l'#environnement, les crises internationales #Ukraine, la Corée du Nord. pic.twitter.com/cF8GLf0yIU
— Catherine Colonna (@MinColonna) May 10, 2023
Permintaan ini muncul setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron mengunjungi China pada Bulan April.
Menlu Colonna melanjutkan, setiap pembicaraan Beijing dengan Moskow harus menumbuhkan "sikap baru untuk kembali ke perdamaian, alih-alih melanjutkan perang tanpa alasan yang dipilih Rusia," seperti mengutip The National News.
Dia mengatakan, Presiden Macron telah menyampaikan pesan yang sama kepada Presiden Xi pada pertemuan bulan lalu.
Prancis juga meminta China untuk "tidak melakukan pengiriman senjata ke Rusia" karena hal ini akan "mempertanyakan sikap yang kita miliki" terhadap Beijing, kata Menlu Colonna.
Diketahui, China telah berusaha untuk menggambarkan dirinya sebagai pihak netral dalam perang Rusia melawan Ukraina, dengan Presiden Xi Jinping pada Bulan April melakukan panggilan telepon pertamanya dengan pemimpin Ukraina Volodymyr Zelensky sejak invasi Moskow pada tahun 2022.
BACA JUGA:
Sementara itu, proposal 12 poin yang diusulkan oleh Beijing untuk mengakhiri konflik di Ukraina, disambut dengan skeptis oleh Amerika Serikat dan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara).
Terpisah, Menlu Colonna mengatakan kepada Menlu Qin, ia juga ingin mendiskusikan "sikap yang memprihatinkan" dari Korea Utara, mengacu pada serangkaian peluncuran rudal baru-baru ini.
Ia meminta Menlu Qin untuk merenungkan bagaimana "merespons dengan persatuan dan terus bekerja, untuk mencapai stabilitas di semenanjung dan wilayah tersebut".