Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi menekankan pentingnya perdamaian dan stabilitas di kawasan ASEAN serta Laut China Selatan, saat menerima koleganya dari China Qin Gang di Jakarta, Hari Rabu.

Mengulang pernyataan Presiden Joko Widodo kepada para menteri luar negeri ASEAN beberapa waktu lalu, Menlu Retno menegaskan ASEAN hendaknya tidak menjadi proxy bagi kekuatan manapun.

"Indonesia dan ASEAN sangat berkepentingan agar Asia Tenggara tetap menjadi kawasan damai dan stabil dan menjadikannya pusat pertumbuhan ekonomi," kata Menlu Retno dalam keterangan pers bersama Menlu Qin di Jakarta, Rabu 22 Februari.

"Dalam konteks inilah, saya kemudian menjelaskan mengenai prioritas Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun ini yang mengambil tema 'ASEAN Matters: Epicentrum of Growth'. Indonesia akan berusaha sekuat tenaga menjadikan ASEAN tetap relevan bagi kepentingan rakyat ASEAN and beyond," lanjut Menlu Retno

Lebih jauh dikatakan olehnya, ASEAN juga memiliki aset demografi dan pertumbuhan ekonomi yang baik. Oleh karena itu, Indonesia bertekad tetap menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai epicentrum of growth.

Dalam kesempatan tersebut, Menlu Retno juga menjelaskan pentingnya implementasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) bagi ASEAN kepada Menlu Qin.

menlu retno dan menlu qin gang
Menlu Retno Marsudi menerima kunjungan Menlu China Qin Gang. (Sumber: Kementerian Luar Negeri/Lusinta Agustina)

Menlu Retno menjelaskan sejumlah elemen penting dari AOIP, antara lain menekankan pentingnya inklusifitas dan kerja sama konkret yang saling menguntungkan.

"Dalam konteks implementasi AOIP inilah, saya ulangi, dalam konteks implementasi AOIP, maka Indonesia akan mengadakan ASEAN Indo-Pacific Forum di mana akan diisi dengan pembahasan mengenai penguatan kerja sama infrastruktur dan Investment Summit," sebut Menlu Retno.

"Indonesia akan sangat menghargai partisipasi RRT dalam implementasi AOIP," tandasnya.

Mengenai Laut China Selatan, Menlu Retno mengatakan Indonesia ingin melihat kondisi di kawasan tersebut sebagai laut yang damai dan stabil.

"Penghormatan terhadap hukum internasional, terutama UNCLOS 1982, menjadi kunci," ujar Menlu Retno menekankan.

Setelah sempat tertunda karena pandemi, Menlu Retno mengatakan negosiasi Code of Conduct (CoC) mengenai Laut China Selatan akan kembali dilakukan dan diintensifkan secara in-person.

"Indonesia dan ASEAN ingin menghasilkan sebuah CoC yang efektif, substantive dan actionable," tandasnya.

Ditambahkan olehnya, Indonesia menyampaikan apresiasi atas dukungan China terhadap '5-Point of Consensus' (5PC), terkait dengan krisis yang terjadi di Myanmar.

"5PC merupakan referensi utama bagi ASEAN untuk membantu Myanmar keluar dari krisis politiknya," pungkas Menlu Retno.