JAKARTA - Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mengatakan pada Hari Selasa, keputusan Rusia untuk menangguhkan keikutsertaannya dalam perjanjian pengendalian senjata nuklir bilateral New START, membuat dunia menjadi tempat yang lebih berbahaya, mendesak Moskow untuk mempertimbangkannya kembali.
Stoltenberg berbicara dalam sebuah konferensi pers yang diadakan di markas besar NATO di Brussels, setelah Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan peringatan kepada Barat atas perang di Ukraina dan mengumumkan keputusannya mengenai perjanjian New START.
"Lebih banyak senjata nuklir dan lebih sedikit kontrol senjata membuat dunia menjadi lebih berbahaya," kata Stoltenberg, yang berdiri bersama Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell, kepada para wartawan, dilansir dari Reuters 22 Februari.
Menjawab tuduhan Presiden Putin bahwa Barat berusaha menghancurkan Rusia, Stoltenberg mengatakan, Moskow adalah agresor di Ukraina yang melancarkan invasi hampir setahun yang lalu.
"Presiden Putin-lah yang memulai perang penaklukan kekaisaran ini... Seperti yang dijelaskan Putin hari ini, dia sedang mempersiapkan lebih banyak perang ... Putin tidak boleh menang ... Ini akan berbahaya bagi keamanan kita sendiri dan seluruh dunia," papar Stoltenberg.
"Saya menyesalkan keputusan Rusia untuk menangguhkan partisipasinya dalam program New START," sambungnya.
Diberitakan sebelumnya, menuduh Amerika Serikat telah mengubah perang Ukraina menjadi konflik global dalam pidatonya di hadapan Parlemen serta elite politik dan militer Rusia pada Hari Selasa, Presiden Putin mengatakan Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian New START.
Diketahui, perjanjian New START adalah perjanjian nuklir terakhir yang berlaku antara Rusia dan Amerika Serikat, dua negara dengan kekuatan nuklir terbesar di dunia, dengan kekuatan keduanya mencapai 90 persen hulu ledak nuklir yang ada di dunia.
BACA JUGA:
Selain itu, perjanjian New START membatasi kedua belah pihak untuk memiliki 1.550 hulu ledak pada rudal balistik antarbenua, rudal balistik kapal selam dan pesawat pengebom berat. Kedua belah pihak telah memenuhi batas tengah pada tahun 2018.
Di bawah perjanjian yang akan berakhir pada tahun 2026 ini, Amerika Serikat dan Rusia dapat secara fisik memeriksa persenjataan nuklir masing-masing, meskipun ketegangan di Ukraina telah membuat inspeksi terhenti.