Bagikan:

JAKARTA - Seorang tentara Ukraina membandingkan tank Leopard 2 Jerman dengan Mercedes Benz, saat ia menjalani pelatihan dengan tank tersebut menjelang kedatangannya di medan perang, berharap tank tersebut akan membawa terobosan dalam perang.

Dia termasuk di antara puluhan tentara Ukraina yang dilatih Jerman dengan simulator Leopard 2, dengan kemudian langsung mengendarai tank tersebut di tempat latihan militer terbesarnya, Munster, sebelum dikirim ke Ukraina.

Jerman bulan lalu setuju untuk memasok tank-tank tersebut, yang dianggap sebagai salah satu yang terbaik di gudang persenjataan Barat, mengatasi keraguan untuk mengirim persenjataan berat yang dianggap penting oleh Kyiv untuk mengalahkan invasi Rusia, namun Moskow menganggapnya sebagai provokasi yang berbahaya.

"Sangat penting bagi kami untuk menggunakan senjata modern ini dengan bijak, senjata ini akan membawa terobosan dan pada akhirnya kami akan menang," kata tentara berusia 57 tahun itu, melansir Reuters 21 Februari.

Ketika ditanya tentang perbedaan antara sistem Barat dan Soviet, ia mengatakan: "Anda bisa membayangkannya seperti perbedaan antara Mercedes dan Zhiguli", mengacu pada mobil Soviet yang dijual dengan merek Lada di Barat.

Versi tank yang akan dikirim Jerman, yang diproduksi oleh Krauss-Maffei Wegmann, memiliki berat lebih dari 60 ton, memiliki senapan laras panjang 120 mm dan dapat mencapai target pada jarak hingga 4 km (2,5 mil).

Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Ukraina mengatakan, ia berharap untuk menerima 120 hingga 140 tank Barat dalam "gelombang pertama" pengiriman dari koalisi 12 negara, termasuk Leopard 2 Jerman, dengan waktu yang dibutuhkan untuk pelatihan.

Secara keseluruhan, Jerman melatih beberapa ratus tentara dalam berbagai aspek peperangan, sebagai bagian dari upaya Eropa untuk menginstruksikan sekitar 15.000 tentara Ukraina.

Seorang tentara lain, yang sedang dilatih menggunakan kendaraan tempur infanteri Marder mengatakan, sistem Barat tidak jauh berbeda dengan kendaraan buatan Soviet yang digunakan Ukraina.

"Kami memiliki pengalaman dengan sistem persenjataan yang serupa... Logikanya sama, terkadang kami bahkan tidak memerlukan penerjemah untuk memahami instruktur," ujar tentara berusia 33 tahun itu.

Terpisah, Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius mengatakan, ia terkesan dengan pasukan Ukraina.

"Berbicara tentang perang berbeda dengan melihat wajah orang-orang yang ... datang ke sini langsung dari garis depan, dan yang akan kembali ke sana dengan tank-tank setelah mereka menyelesaikan pelatihan mereka," ujarnya kepada para wartawan.

Para prajurit bekerja 12 jam sehari, enam hari seminggu.

"Mereka sangat termotivasi dan sangat ingin mendapatkan pengetahuan ... Mereka tahu bahwa mereka akan kembali ke garis depan dalam waktu lima minggu," kata seorang letnan kolonel Jerman yang bertanggung jawab atas pelatihan Leopard dan hanya menyebutkan namanya sebagai Peter.

Jika semua berjalan lancar dan sudah selesai, kedua tentara tersebut akan kembali ke Ukraina pada akhir Maret.

Ketika ditanya tentang bagaimana mereka mengatasi rasa takut, pria berusia 57 tahun itu mengatakan, para prajurit harus beradaptasi dengan rasa takut itu.