JAKARTA - Presiden Vladimir Putin pada Hari Selasa menyampaikan peringatan tegas kepada Barat terkait Ukraina, menangguhkan perjanjian pengendalian senjata nuklir bilateral, mengumumkan sistem strategis baru telah ditempatkan pada tugas tempur sekaligus memperingatkan bahwa Moskow dapat melanjutkan uji coba nuklir.
Berbicara hampir setahun setelah memerintahkan invasi yang telah memicu konfrontasi terbesar dengan Barat sejak masa Perang Dingin, Presiden Putin mengatakan Rusia akan mencapai tujuan perangnya, menuduh Barat berusaha menghancurkan Rusia.
Sambil memperingatkan Amerika Serikat bahwa mereka telah memicu perang menjadi konflik global, Presiden Putin mengumumkan Rusia menangguhkan partisipasi dalam Perjanjian START Baru, perjanjian pengendalian senjata besar terakhir antara Moskow dan Washington.
Perjanjian ini membatasi jumlah hulu ledak nuklir yang dapat dikerahkan oleh dua kekuatan nuklir terbesar di dunia dan akan berakhir pada tahun 2026.
"Saya terpaksa mengumumkan hari ini, bahwa Rusia menangguhkan keikutsertaannya dalam Perjanjian Pembatasan Senjata Strategis," kata Putin kepada para elite politik dan militer negaranya, melansir Reuters 21 Februari.
Pemimpin Rusia itu mengatakan, tanpa mengutip bukti, bahwa beberapa orang di Washington berpikir untuk melanjutkan uji coba nuklir. Oleh karena itu, kementerian pertahanan dan perusahaan nuklir Rusia harus siap untuk menguji coba senjata nuklir Rusia jika diperlukan, katanya.
"Tentu saja, kami tidak akan melakukan hal ini terlebih dahulu. Tetapi jika Amerika Serikat melakukan uji coba, maka kami akan melakukannya. Tidak seorang pun boleh memiliki ilusi berbahaya, bahwa keseimbangan strategis global dapat dihancurkan," terang Presiden Putin.
"Seminggu yang lalu, saya menandatangani sebuah dekrit untuk menempatkan sistem strategis berbasis darat yang baru untuk tugas tempur. Apakah mereka akan menancapkan hidung mereka di sana juga, atau apa?" sambungnya.
BACA JUGA:
Tidak segera jelas sistem berbasis darat mana yang telah ditempatkan untuk tugas tempur.
Diketahui, Rusia dan Amerika Serikat masih memiliki gudang senjata nuklir yang sangat besar, peninggalan era Perang Dingin. Sejauh ini, keduanya merupakan kekuatan nuklir terbesar, dengan kekuatan keduanya mencapai 90 persen hulu ledak nuklir yang ada di dunia.
Perjanjian START Baru membatasi kedua belah pihak untuk memiliki 1.550 hulu ledak pada rudal balistik antarbenua, rudal balistik kapal selam dan pesawat pengebom berat. Kedua belah pihak telah memenuhi batas tengah pada tahun 2018.