Bagikan:

JAKARTA - Militer Ukraina mengungkap identitas paslu yang digunakan tentara Korea Utara yang bertempur di pihak Rusia di medan perang Kursk, saat Kyiv mengklaim Rusia berusaha menyembunyikan pejuang asing di medan perang.

Pasukan operasi khusus Ukraina mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Hari Minggu, mereka berhasil telah membunuh tiga tentara Korea Utara di wilayah Kursk, Rusia bagian barat dan menyita dokumen mereka.

Dokumen identifikasi militer mereka "tidak memiliki stempel dan foto, nama belakang mereka ditulis dalam bahasa Rusia, dan tempat lahir mereka ditandatangani sebagai Republik Tuva," kata pernyataan itu, merujuk pada wilayah Rusia di Siberia selatan yang berbatasan dengan Mongolia, seperti dikutip dari CNN 24 Desember.

Namun tanda tangan pada dokumen tersebut dalam bahasa Korea, yang "menunjukkan asal sebenarnya dari para prajurit ini," tambah pernyataan itu.

"Kasus ini sekali lagi menegaskan Rusia menggunakan segala cara untuk menyembunyikan kerugiannya di medan perang dan menyembunyikan keberadaan asing," kata pernyataan itu.

Sebelumnya, intelijen Amerika Serikat, Ukraina dan Korea Selatan menyebutkan jumlah tentara Korea Utara di Rusia antara 11.000 hingga 12.000, beberapa di antaranya telah terlibat dalam operasi tempur bersama puluhan ribu pasukan Rusia untuk membantu merebut kembali sebagian Kursk yang direbut dalam serangan Ukraina pada Bulan Agustus.

Pasukan Korea Utara tampaknya telah menderita kerugian besar di wilayah tersebut, menurut pejabat AS dan Ukraina, karena pejabat di Kyiv menuduh Rusia berusaha menutupi keterlibatan mereka.

Seorang pejabat senior AS mengatakan "beberapa ratus' tentara Ukraina terluka maupun tewas di Kursk sejak Oktober lalu.

Sedangkan anggota Parlemen Korea Selatan berdasarkan badan intelijen negara itu mengatakan sekitar 100 tentara Korea Utara diyakini tewas dan hampir 1.000 lainnya terluka sejak dikerahkan ke Kursk.

Pada 17 Desember lalu, pasukan khusus Ukraina mengatakan, sekitar 50 tentara Korea Utara tewas dan 47 lainnya terluka saat bertempur bersama pasukan Rusia di Kursk dalam tiga hari.

Diketahui, baik Moskow maupun Pyongyang tidak pernah secara resmi mengakui keberadaan pasukan Korea Utara di Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan Rusia berusaha menyembunyikan korban jiwa pasukan Korea Utara di medan perang, dengan menggunakan taktik ekstrem untuk menyamarkan identitas merek yang tewas dalam pertempuran.

"Rusia mencoba untuk benar-benar membakar wajah tentara Korea Utara yang tewas dalam pertempuran," kata Presiden Zelensky dalam sebuah pernyataan di X pada 17 Desember, di samping video yang konon memperlihatkan tentara Rusia membakar tubuh tentara Korea Utara.