JAKARTA - Amerika Serikat pada Hari Senin mengusulkan agar Dewan Keamanan PBB mengutuk peluncuran rudal balistik Korea Utara dan mendorong Pyongyang untuk melakukan diplomasi, memperingatkan bahwa kegagalan badan yang beranggotakan 15 negara ini untuk merespons peluncuran itu menjadi berbahaya.
China dan Rusia menentang tindakan lebih lanjut dari Dewan Keamanan, dengan alasan memberikan tekanan lebih lanjut pada Korea Utara tidak akan konstruktif. Kedua negara ini memveto dorongan yang dipimpin AS untuk menjatuhkan lebih banyak sanksi PBB terhadap Korea Utara pada Mei tahun lalu.
"Kenyataannya adalah mereka yang melindungi DPRK (Korea Utara) dari konsekuensi eskalasi uji coba rudalnya, menempatkan kawasan Asia dan seluruh dunia pada risiko konflik," kata Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, seperti melansir Reuters 21 Februari.
"Kurangnya tindakan dewan lebih buruk daripada memalukan. Ini berbahaya," katanya kepada Dewan Keamanan, dan mengusulkan agar Dewan Keamanan mengadopsi pernyataan resmi dewan, satu langkah di bawah resolusi, untuk mengutuk tindakan Korea Utara dan mendorong diplomasi.
Pernyataan semacam itu harus disetujui melalui konsensus. Terakhir kali dewan mengambil tindakan terhadap Korea Utara adalah, ketika dewan mengadopsi resolusi untuk memperkuat sanksi pada Bulan Desember 2017 atas program rudal balistik dan senjata nuklir Pyongyang.
Sementara itu, Wakil Duta Besar China untuk PBB Dai Bing mengatakan, pertemuan dewan yang berulang kali dilakukan dan seruan untuk menambah sanksi terhadap Korea Utara "tidak mewujudkan peran konstruktif untuk meredakan situasi, atau membawa ide-ide baru yang kondusif untuk menyelesaikan masalah."
"Mengejar dan menumpuk sanksi secara eksklusif hanya akan mengarah pada jalan buntu," kata Dai kepada dewan.
"China benar-benar mengharapkan stabilitas daripada kekacauan di semenanjung. China meminta semua pihak untuk tetap berkepala dingin dan menahan diri," jelasnya.
Dewan Keamanan bertemu pada Hari Senin setelah Korea Utara meluncurkan dua rudal balistik lagi, dengan saudara perempuan pemimpin Kim Jong-un yang berkuasa mengatakan, bahwa penggunaan Pasifik oleh Pyongyang sebagai "lapangan tembak" akan tergantung pada perilaku pasukan AS.
Peluncuran pada Hari Senin terjadi hanya beberapa hari setelah Korea Utara menembakkan rudal balistik antarbenua (ICBM) ke laut lepas Jepang, yang mendorong Amerika Serikat untuk mengadakan latihan udara bersama dengan Korea Selatan dan secara terpisah dengan Jepang pada Hari Minggu.
BACA JUGA:
Setelah pertemuan Dewan Keamanan, dua pertiga dari anggota badan tersebut dan Korea Selatan mengeluarkan pernyataan bersama, yang dibacakan oleh Thomas-Greenfield, yang mengutuk peluncuran rudal Korea Utara.
"Kami tidak akan tinggal diam ketika DPRK mengembangkan kemampuan nuklir dan rudalnya yang melanggar hukum, yang mengancam perdamaian dan keamanan internasional," demikian bunyi pernyataan tersebut.