JAKARTA - Yevgeny Prigozhin, pendiri kelompok tentara bayaran Rusia Grup Wagner, menuduh para pejabat yang tidak disebutkan namanya sengaja tidak memberikan amunisi yang cukup kepada para pejuangnya, sebagai bagian dari persaingan yang sedang berlangsung antara dirinya dengan beberapa elite Rusia.
Prigozhin, mantan pengusaha katering yang pernah menghindari sorotan publik, telah mengambil peran yang lebih terbuka dalam politik Rusia sejak dimulainya perang di Ukraina setahun yang lalu, dengan Grup Wagner miliknya yang memelopori pertempuran berbulan-bulan Rusia untuk merebut Kota Bakhmut di wilayah Donetsk, Ukraina.
Dalam sebuah pesan audio berdurasi tujuh menit yang diterbitkan pada Hari Senin oleh layanan persnya, Prigozhin yang tampak marah dan emosional mengatakan, ia diharuskan untuk "meminta maaf dan taat" untuk mengamankan amunisi bagi pasukannya.
Ia berbicara dengan suara tinggi dan sesekali mengumpat: "Saya tidak dapat menyelesaikan masalah ini terlepas dari semua koneksi dan kontak yang saya miliki."
Prigozhin mengatakan, produksi militer Rusia kini cukup untuk memasok pasukan yang bertempur di garis depan, bahwa kesulitan pasokan yang dialami para pejuangnya merupakan hasil dari keputusan yang diambil secara sadar.
"Mereka yang mengganggu kami dalam upaya memenangkan perang ini benar-benar bekerja secara langsung untuk musuh," katanya, dilansir dari Reuters 21 Februari.
Sejak pecahnya konflik, Prigozhin secara terbuka berseteru dengan para jenderal dan pejabat Kremlin, menuduh mereka tidak memiliki semangat yang cukup untuk melakukan serangan terhadap Kyiv.
Kritik paling keras dilontarkannya kepada Kementerian Pertahanan Rusia, yang dituduhnya mencoba mengambil kredit atas pencapaian Wagner di medan perang.
Dalam pesan audionya, Prigozhin mengatakan orang-orang yang tidak disebutkan namanya yang ia salahkan atas kekurangan amunisi itu "makan sarapan, makan siang, dan makan malam dengan piring emas" dan mengirim keluarga mereka berlibur ke Dubai, sebuah destinasi populer bagi kaum elite Rusia.
BACA JUGA:
Secara terpisah, layanan pers Prigozhin mengatakan dalam sebuah unggahan pada Hari Senin, Grup Wagner mengalami kesulitan untuk memasang iklan di televisi guna merekrut sukarelawan dalam konflik Ukraina, mengimbau saluran TV nasional dan regional serta biro iklan untuk mendukung kampanye perekrutannya.
Terpisah, Gedung Putih mengatakan minggu lalu, Wagner Group telah menderita lebih dari 30.000 korban sejak invasi Rusia ke Ukraina, dengan sekitar 9.000 di antaranya terbunuh saat bertugas.
Sekitar 90 persen dari mereka yang terbunuh di Ukraina sejak Desember adalah narapidana, katanya, merujuk pada perekrutan tahanan oleh Prigozhin untuk berperang.