Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat menyerukan China dan Rusia pada Hari Rabu untuk menentang tindakan lebih lanjut PBB di Korea Utara, memperingatkan bahwa Dewan Keamanan 'tidak bisa tinggal diam lag'" saat Pyongyang mempersiapkan uji coba nuklir ketujuh.

Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa Linda Thomas-Greenfield, merujuk pada dua anggota dewan yang dia katakan berpendapat, bahwa pengekangan oleh dewan akan mendorong Korea Utara "untuk berhenti meningkat dan malah datang ke meja perundingan."

"Jelas, diam dan menahan diri tidak berhasil," kata Thomas-Greenfield dalam pertemuan dewan yang diadakan oleh Amerika Serikat mengenai peluncuran rudal balistik terbaru Korea Utara, melansir Reuters 12 Mei.

"Sudah waktunya untuk berhenti memberikan izin diam-diam dan mulai mengambil tindakan," tandasnya.

Korea Utara telah dikenakan sanksi PBB sejak 2006 atas program nuklir dan rudal balistiknya. Sementara, Amerika Serikat ingin Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 orang memberikan suara selama bulan Mei pada resolusi yang dirancang AS, untuk memberikan sanksi lebih lanjut kepada Pyongyang.

"Kami tidak bisa menunggu sampai (Korea Utara) melakukan tindakan provokatif, ilegal dan berbahaya lainnya, seperti uji coba nuklir," tegas Thomas-Greenfield.

Washington menilai Korea Utara bisa siap untuk melakukan tes semacam itu pada awal bulan ini.

Namun, negara-negara yang memiliki hak veto, China dan Rusia menentang sanksi PBB lebih lanjut dan telah lama mendorong dewan tersebut, untuk melonggarkan tindakan semacam itu terhadap Korea Utara dengan alasan kemanusiaan. Amerika Serikat mengatakan sekarang bukan waktunya.

Sementara itu, Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun mengatakan pada Hari Rabu, bahwa resolusi yang dirancang AS "bukan cara yang tepat untuk mengatasi situasi saat ini."

"Sayangnya, AS telah menutup mata terhadap proposal yang masuk akal dari China dan anggota dewan terkait lainnya, dan tetap terpikat takhayul kekuatan magis sanksi," ujar Zhang kepada dewan.

Terpisah, Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB Anna Evstigneeva mengatakan, resolusi yang dirancang oleh Rusia dan China untuk meringankan sanksi Korea Utara "tetap di atas meja" dan "dapat mendorong para pihak untuk meningkatkan upaya negosiasi."

Diketahui, Dewan Keamanan pBB terakhir memperketat sanksi terhadap Pyongyang pada tahun 2017. Tetapi, Korea Utara telah berhasil bekerja untuk menghindari beberapa sanksi PBB, menurut pemantau sanksi independen PBB.