Bagikan:

JAKARTA - Amerika Serikat (AS) telah menawarkan untuk bertemu Korea Utara tanpa prasyarat, menjelaskan Washington tidak memiliki niat bermusuhan terhadap Pyongyang.

Ini dikatakan oleh Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Thomas-Greenfield, ketika Dewan Keamanan PBB bertemu untuk membicarakan peluncuran rudal Korea Utara Rabu kemarin.

Korea Utara, secara resmi dikenal sebagai Republik Rakyat Demokratik Korea (DPRK), telah lama menuduh Amerika Serikat memiliki kebijakan bermusuhan terhadap mereka, menerapkan standar ganda, menegaskan mereka memiliki hak untuk mengembangkan senjata untuk pertahanan diri.

"DPRK harus mematuhi resolusi Dewan Keamanan, sudah waktunya untuk terlibat dalam dialog yang berkelanjutan dan substantif, menuju tujuan denuklirisasi lengkap di Semenanjung Korea," kata Thomas-Greenfield kepada wartawan, mengutip Reuters 21 Oktober.

Korea Utara telah dikenai sanksi PBB sejak 2006, yang terus diperkuat dalam upaya untuk memotong dana terkait program nuklir dan rudal balistik Pyongyang. Langkah-langkah tersebut termasuk larangan peluncuran rudal balistik.

"Kami telah menawarkan untuk bertemu dengan pejabat DPRK, tanpa prasyarat apa pun, dan kami telah menjelaskan tidak memiliki niat bermusuhan terhadap DPRK," terang Thomas-Greenfield.

Thomas-Greenfield menambahkan, pemerintahan Presiden Joe Biden siap untuk terlibat dalam diplomasi yang serius dan berkelanjutan.

Misi Korea Utara untuk PBB di New York tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pernyataan .

Sebelumnya, Korea Utara pada Hari Selasa melakukan uji coba rudal balistik baru yang lebih kecil dari kapal selam (SLBM), mendorong Amerika Serikat dan Inggris untuk mengangkat masalah ini di Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 orang pada Hari Rabu.

"Ini adalah yang terbaru dari serangkaian provokasi sembrono. Ini adalah kegiatan yang melanggar hukum. Mereka melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan. Dan itu tidak dapat diterima," sebut Thomas-Greenfield.

Terpisah, Korea Utara menyebut Amerika Serikat bereaksi berlebihan terhadap uji coba rudal baru-baru ini.

"Washington telah mengambil langkah yang terlalu provokatif dengan menyebut tes itu sebagai pelanggaran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB dan ancaman bagi perdamaian dan stabilitas regional," sebut juru bicara Kementerian Luar Negeri Korea Utara yang tidak disebutkan namanya, menurut kantor berita resmi KCNA seperti mengutip Reuters 21 Oktober.

Juru bicara tersebut menambahkan, kritik Washington merupakan 'standar ganda' atas pengembangan rudal meragukan tawarannya.