Bagikan:

JAKARTA - Korea Utara menembakkan rudal anti-pesawat yang baru dikembangkan pada Hari Kamis, media pemerintah KCNA melaporkan pada Hari Jumat, menjadi uji coba terbaru rudal negara itu dalam beberapa pekan terakhir.

Uji coba ini juga menjadi yang kedua sepanjang minggu ini yang dilakukan Korea Utara, setelah Selasa lalu melakukan uji coba peluncuran rudal hipersonik yang tengah dikembangkan.

Sebelumnya, secara berturut-turut Pyongyang juga melakukan uji coba penembakkan rudal balistik dan rudal jelajah dengan kemampuan nuklir potensial, dalam serangkaian tes yang dilakukan beberapa pekan terakhir.

Tes tersebut menyoroti bagaimana Korea Utara terus mengembangkan senjata yang semakin canggih, meningkatkan taruhannya untuk upaya menekannya agar menghentikan program nuklir dan misilnya dengan imbalan keringanan sanksi Amerika Serikat.

Akademi Ilmu Pertahanan, pengembang senjata militer, mengatakan tes itu bertujuan untuk mengkonfirmasi fungsionalitas praktis dari peluncur rudal, radar, kendaraan komando pertempuran yang komprehensif dan kinerja tempur, menurut kantor berita resmi KCNA, seperti mengutip Reuters 1 Oktober.

Pernyataan tersebut menambahkan, rudal anti-pesawat tersebut memiliki teknologi kunci baru seperti kontrol kemudi kembar dan mesin penerbangan impuls ganda.

Sama seperti uji coba belakangan ini, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un tidak menghadiri uji coba kali ini. Sebagai gantinya, pejabat senior sekaligus anggota politbiro dan Komite Sentral Partai Buruh yang berkuasa Pak Jong-chon mengawasi peluncuran ini.

"Kinerja tempur yang luar biasa dari rudal anti-pesawat tipe baru dengan fitur respon cepat dan akurasi panduan sistem kontrol rudal, serta peningkatan substansial dalam jarak jatuh target udara telah diverifikasi," sebut KCNA, mengutip akademi.

Pyongyang dalam beberapa pekan terakhir berpendapat, tes senjatanya dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan diri seperti yang dilakukan negara lain, menuduh Amerika Serikat dan Korea Selatan melakukan standar ganda dan kebijakan bermusuhan terhadapnya.

Pada Hari Rabu, Kim Jong-un mengatakan dia tidak memiliki alasan untuk menyerang Korea Selatan dan bersedia membuka kembali hotline antar-Korea yang terputus bulan depan. Saat yang sama, kecaman diarahkan pada pemerintahan Presiden AS Joe Biden karena menggunakan cara dan metode yang lebih licik, dalam mengejar kebijakan bermusuhan sambil mengusulkan dialog.

Analis mengatakan, pendekatan 'stick and carrot' Utara bertujuan untuk mengamankan pengakuan internasional sebagai negara senjata nuklir dan mendorong irisan antara kedua sekutu, dengan memperhatikan keinginan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in untuk warisan diplomatik sebelum masa jabatannya berakhir. di Bulan Mei.

Sementara, pemerintahan Presiden Biden mengatakan tidak memiliki niat bermusuhan terhadap Korea Utara, meminta Pyongyang untuk menerima tawaran pembicaraan guna memecahkan kebuntuan negosiasi denuklirisasi.