Akui Upaya Taliban untuk Stabilkan Afghanistan, Rusia Belum Beri Pengakuan Resmi
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov. (Sumber: Kementerian Luar Negeri Indonesia)

Bagikan:

JAKARTA - Rusia menjadi tuan rumah bagi Taliban untuk melakukan pembicaraan dengan sejumlah negara, mengantisipasi ISIS dan nerkoba dari Afghanistan, mendorong hak-hak perempuan dan anak-anak, kendati belum memberikan pengakuan secara resmi.

Moskow menggelar pertemuan perwakilan sejumlah negara dengan Taliban, menjadi pertemuan nasional yang paling signifikan sejak kelompok tersebut mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada Agustus lalu.

"Pemerintahan baru sedang berkuasa sekarang. Kami mencatat upaya mereka untuk menstabilkan situasi militer dan politik dan mengatur kerja aparatur negara." jelas Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov kepada para pejabat dari 10 negara termasuk China dan Pakistan, mengutip France 24 dari AFP.

Tetapi, Lavrov mengatakan banyak 'kelompok teroris' termasuk ISIS dan Al-Qaeda tengah berusaha untuk mengeksploitasi kekosongan keamanan di Afghanistan. Ia pun menyesal para pejabat Amerika Serikat tidak ambil bagian dalam pembicaraan tersebut.

Dia mendesak masyarakat internasional untuk memobilisasi dan memberi Kabul bantuan 'efektif' untuk mencegah krisis kemanusiaan dan eksodus pengungsi lebih lanjut.

"Kami puas dengan tingkat interaksi praktis dengan pihak berwenang Afghanistan," tukas Lavrov memuji kemampuan Rusia untuk mempertahankan operasinya di Afghanistan, menambahkan Rusia akan segera mengirimkan pengiriman bantuan kemanusiaan ke Afghanistan.

Meski demikian, Lavrov menyebut pengakuan resmi terhadap Pemerintahan Taliban di bawah Afghanistan belum akan dilakukan dalam waktu dekat.

"Pengakuan resmi terhadap Taliban tidak sedang dibahas untuk saat ini. Seperti kebanyakan negara berpengaruh lainnya di kawasan ini, kami berhubungan dengan mereka. Kami mendorong mereka untuk memenuhi janji yang mereka buat ketika mereka berkuasa," tandasnya mengutip DW.

Sementara, delegasi Taliban dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Mullah Abdul Salam Hanafi, seorang tokoh senior dalam kepemimpinan baru Afghanistan yang merupakan bagian dari pembicaraan dengan Uni Eropa dan Amerika Serikat pekan lalu. Hanafi mengatakan "pertemuan itu sangat penting untuk stabilitas kawasan."

Pada akhir diskusi Hari Rabu kemarin, sebuah pernyataan dikeluarkan yang mengatakan: "Negara-negara yang berpartisipasi menyerukan kepada kepemimpinan Afghanistan saat ini, untuk mengambil langkah lebih lanjut guna meningkatkan pemerintahan, membentuk pemerintahan yang benar-benar inklusif yang mencerminkan kepentingan semua kekuatan etno-politik utama di negara. Pernyataan itu juga menekankan perlunya kepemimpinan Afghanistan u