Bagikan:

JAKARTA - Kepala situs uji coba nuklir Rusia mengatakan pada Hari Selasa, fasilitas rahasianya siap untuk melanjutkan uji coba nuklir "kapan saja" jika Moskow memberi perintah.

Beberapa analis Barat dan Rusia mengatakan Presiden Vladimir Putin dapat memerintahkannya untuk mencoba mengirim pesan pencegahan kepada Barat, jika negara itu membiarkan Ukraina menggunakan rudal jarak jauhnya untuk menyerang Rusia, sesuatu yang sedang dibahas.

Situs pengujian Rusia, yang terletak di kepulauan terpencil Novaya Zemlya di Samudra Arktik, adalah tempat Uni Soviet melakukan lebih dari 200 uji coba nuklir, termasuk peledakan bom nuklir terkuat di dunia pada tahun 1961.

Situs ini diawasi ketat oleh satelit mata-mata Barat terkait aktivitas di tengah tanda-tanda pekerjaan konstruksi musim panas lalu yang ditunjukkan dalam citra satelit sumber terbuka.

Laksamana Muda Andrei Sinitsyn, kepala fasilitas tersebut memberikan wawancara dengan Rossiyskaya Gazeta yang diterbitkan pada Hari Selasa, beberapa hari setelah Presiden Putin memperingatkan Barat, mereka akan langsung berperang dengan Rusia, jika mengizinkan Ukraina menyerang wilayah Rusia dengan rudal jarak jauh buatan Barat dan berbicara tentang pembalasan.

"Situs pengujian siap untuk dimulainya kembali aktivitas pengujian skala penuh. Situs ini siap secara keseluruhan. Laboratorium dan fasilitas pengujian siap. Personel siap. Jika perintah datang, kami dapat memulai pengujian kapan saja," kata Laksda Sinitsyn, melansir Reuters 18 September.

Berfoto dengan seragam angkatan lautnya di samping lemari yang berisi buku tentang Presiden Putin dan beruang kutub porselen putih raksasa, Sinitsyn melukis gambar fasilitas yang dijaga dalam kondisi sangat siap yang dilindungi oleh pasukan elit.

"Yang terpenting bagi kami adalah tidak mengganggu pelaksanaan tugas negara. Jika tugas melanjutkan pengujian ditetapkan, itu akan diselesaikan dalam jangka waktu yang ditetapkan," katanya.

Presiden Putin, yang bertanggung jawab atas kekuatan nuklir terbesar di dunia, menandatangani undang-undang November lalu yang mencabut ratifikasi Rusia atas perjanjian global yang melarang uji senjata nuklir, sebuah langkah yang menurutnya dirancang untuk menyelaraskan Rusia dengan Amerika Serikat, yang menandatangani tetapi tidak pernah meratifikasi perjanjian tersebut.

Pada Bulan Juni Pemimpin Kremlin mengatakan pada Bulan Juni, Rusia dapat menguji senjata nuklir "jika perlu", tetapi tidak melihat perlunya melakukannya saat ini.

Terpisah, seorang anggota senior lembaga pemikir Rusia yang idenya terkadang menjadi kebijakan pemerintah menyarankan pada Bulan Mei, agar Moskow mempertimbangkan ledakan nuklir "demonstratif" untuk menakut-nakuti Barat.

Dalam artikel untuk majalan bisnis Profil, Dmitry Suslov mengatakan Rusia perlu bertindak untuk mencegah Barat melewati batas merah.

"Dampak politik dan psikologis dari awan jamur nuklir, yang akan ditayangkan langsung di semua saluran TV di seluruh dunia, diharapkan akan mengingatkan politisi Barat tentang satu hal yang telah mencegah perang antara negara-negara besar sejak 1945 dan yang kini sebagian besar telah hilang - ketakutan akan perang nuklir," tulis Suslov.

Diketahui, Moskow tidak melakukan uji coba senjata nuklir sejak tahun 1990, setahun sebelum runtuhnya Uni Soviet.

Uji coba nuklir oleh Rusia dapat mendorong negara lain seperti Tiongkok atau Amerika Serikat untuk mengikutinya, memulai perlombaan senjata nuklir baru antara negara-negara besar, yang menghentikan uji coba nuklir pada tahun-tahun setelah runtuhnya Soviet.

Sedangkan Amerika Serikat terakhir kali menguji pada tahun 1992. Hanya Korea Utara yang telah melakukan uji yang melibatkan ledakan nuklir abad ini.