JAKARTA - Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat Kamala Harris menyerukan diakhirinya perang di Jalur Gaza, menegaskan Israel tidak boleh menduduki kembali daerah kantong Palestina itu setelah konflik yang telah berlangsung hampir setahun itu berakhir.
Berbicara di Philadelphia kepada National Association of Black Journalists, ia menyerukan gencatan senjata antara Israel dan militan Hamas Palestina, solusi dua negara, dan stabilitas Timur Tengah dengan cara yang tidak memberdayakan Iran.
"Kami telah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa kesepakatan ini perlu dilakukan demi kepentingan terbaik semua pihak di kawasan tersebut," kata petahana Wakil Presiden AS tersebut, melansir Reuters 18 September.
Diketahui, konflik terbaru di Gaza pecah usai kelompok militan Palestina yang dipimpin Hamas menyerang wilayah selatan Israel, menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sekitar 250 orang, menurut penghitungan Israel.
Israel kemudian melakukan blokade, serangan udara dan operasi darat sebagai balasan. Setidaknya 41.252 orang telah tewas dan 95.497 orang terluka sejak konflik pecah pada 7 Oktober 2023, kata kementerian kesehatan Gaza.
Dalam pemilihan presiden 2020, pemilih kulit hitam mendukung calon presiden Joe Biden dengan perolehan suara 92 persen berbanding 8 persen atas Donald Trump dari Partai Republik yang saat itu menjabat dan sekarang menjadi lawan Harris, menurut Pew Research Center.
Sebagian besar pemilih kulit hitam, 63 persen, berencana untuk mendukung Harris, dibandingkan dengan 13 persen untuk Trump, menurut survei NAACP yang dirilis bulan ini.
BACA JUGA:
Namun, beberapa pemilih kulit hitam mulai kehilangan kepercayaan pada Partai Demokrat. Lebih dari seperempat pria muda kulit hitam mengatakan mereka akan mendukung Trump dalam pemilihan ini, menurut jajak pendapat NAACP.
"Pria kulit hitam seperti kelompok pemilih lainnya," kata Harris.
"Anda harus mendapatkan suara mereka," tambahnya.
Baik Harris maupun Trump telah berupaya untuk memenangkan hati pemilih kulit hitam, yang dukungannya mungkin akan menentukan dalam pemilihan umum yang diperebutkan ketat pada tanggal 5 November, terutama di beberapa negara bagian medan pertempuran seperti Pennsylvania dan Georgia.