JAKARTA - Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menjelaskan, keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menambah jumlah Angkatan Bersenjata Rusia karena banyaknya ancaman terhadap negara dan sikap bermusuhan Barat.
"Hal ini dipicu oleh banyaknya ancaman yang ada bagi negara kita di sepanjang perbatasan kita," kata Peskov seperti melansir TASS 17 September.
"Hal ini dipicu oleh situasi yang sangat bermusuhan di perbatasan Barat dan ketidakstabilan di perbatasan timur," kata pejabat Kremlin kepada wartawan.
Peskov menambahkan, situasi tersebut "memerlukan tindakan yang tepat."
Diberitakan sebelumnya, Presiden Putin pada Hari Senin memerintahkan penambahan pasukan angkatan bersenjata Rusia sebanyak 180.000 personel, sehingga negara itu akan memiliki 1,5 juta prajurit aktif, terbesar kedua di dunia setelah China, dikutip dari Reuters.
Menurut data dari Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS), sebuah lembaga pemikir militer terkemuka, peningkatan tersebut akan membuat Rusia melampaui Amerika Serikat dan India dalam hal jumlah tentara tempur aktif yang dimilikinya dan menjadi yang kedua setelah Tiongkok dalam hal jumlah.
Langkah tersebut, yang merupakan ketiga kalinya Putin memperluas jajaran angkatan darat sejak mengirim militernya ke Ukraina pada Februari 2022, dilakukan saat pasukan Rusia bergerak maju di Ukraina timur di sebagian garis depan sepanjang 1.000 km (627 mil) dan mencoba mengusir pasukan Ukraina dari wilayah Kursk Rusia.
BACA JUGA:
Andrei Kartapolov, ketua Komite Pertahanan Majelis Rendah Parlemen Rusia mengatakan pada Hari Senin, sebagian dari alasan perluasan tersebut adalah untuk mendirikan struktur dan unit militer baru guna meningkatkan keamanan di wilayah barat laut Rusia setelah negara tetangga Finlandia bergabung dengan aliansi NATO.
Rusia juga telah menyatakan kekhawatiran tentang apa yang digambarkannya sebagai meningkatnya militerisasi Jepang yang didukung AS dan rencana potensial untuk menyebarkan rudal AS di sana.