JAKARTA - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) tidak akan mnejadi pihak yang berkonflik dalam perang Ukraina, jika negara anggotanya mengizinkan Kyiv menyerang wilayah Rusia dengan senjata buatan Barat, kata sekretaris jenderal organisasi itu Jens Stoltenberg dalam wawancara dengan Foreign Policy.
"Tidak benar ketika Presiden Putin mengatakan bahwa kami akan menjadi pihak dalam konflik," klaim Stoltenberg, dilansir dari TASS 17 September.
Lebih jauh dijelaskan olehnya, NATO tidak menganggap Iran dan Korea Utara sebagai pihak dalam konflik atas dugaan bantuan militer ke Moskow.
Menurut Sekretaris Jenderal, NATO memantau dengan saksama apa yang dilakukan Rusia dalam postur nuklirnya.
"Sejauh ini, kami belum melihat adanya perubahan dalam postur nuklir mereka yang memerlukan perubahan dari pihak kami," katanya, sambil menunjukkan tidak akan ada pemenang dalam perang nuklir.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Ukraina tidak mampu melakukan serangan jauh ke wilayah Rusia tanpa bantuan dari Barat, lantaran serangan semacam itu memerlukan intelijen satelit dan misi penerbangan.
Pemimpin Kremlin mencatat, negara-negara NATO saat ini tidak hanya membahas apakah akan mengizinkan Ukraina menggunakan senjata jarak jauh mereka, tetapi pada dasarnya memutuskan apakah akan terlibat langsung dalam konflik Ukraina.
BACA JUGA:
Ia menekankan Moskow akan membuat keputusan berdasarkan ancaman yang ditimbulkan terhadap Rusia, termasuk ancaman di masa depan.
Terpisah, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mengatakan Moskow menyadari Barat telah membuat keputusan mengenai serangan jauh ke wilayah Rusia, mengirimkan sinyal yang sesuai ke Kyiv.
Diplomat senior itu memastikan Rusia akan memberikan respons tegas terhadap serangan tersebut.