Kritik Retorika Nuklir Presiden Vladimir Putin, NATO: Rusia Konsisten Melanggar Komitmen Pengendalian Senjata
Ilustrasi NATO. (Wikimedia Commons/U.S. Department of State)

Bagikan:

JAKARTA - Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada Hari Minggu mengkritik retorika nuklir yang "berbahaya dan tidak bertanggung jawab" dari Presiden Rusia Vladimir Putin, sehari setelah ia mengatakan akan menempatkan senjata nuklir taktis di Belarusia.

Presiden Putin mengumumkan langkah tersebut pada Hari Sabtu, menyamakannya dengan Amerika Serikat yang menempatkan senjatanya di Eropa, sambil bersikeras bahwa Rusia tidak akan melanggar janji non-proliferasi nuklirnya.

Meskipun langkah ini tidak terduga, ini adalah salah satu sinyal nuklir Rusia yang paling menonjol sejak awal invasi ke Ukraina 13 bulan yang lalu. Ukraina pada Hari Minggu menyerukan pertemuan Dewan Keamanan PBB untuk menanggapinya.

Sementara Washington, negara adidaya nuklir lainnya di dunia, meremehkan kekhawatiran tentang pengumuman Presiden Putin, NATO mengatakan bahwa janji non-proliferasi Presiden Rusia dan penjelasannya tentang penempatan senjata AS di luar negeri sangat melenceng.

"Referensi Rusia terhadap pembagian nuklir NATO benar-benar menyesatkan. Sekutu-sekutu NATO bertindak dengan penuh rasa hormat terhadap komitmen internasional mereka," ujar seorang juru bicara NATO dalam sebuah komentar melalui email kepada Reuters pada Hari Minggu, seperti dikutip 26 Maret.

"Rusia secara konsisten telah melanggar komitmen pengendalian senjatanya, yang terbaru adalah menangguhkan partisipasinya dalam Perjanjian New START," sambung juru bicara yang tidak disebutkan namanya itu.

New START membatasi jumlah hulu ledak nuklir strategis yang dapat dikerahkan oleh Amerika Serikat dan Rusia, serta pengerahan rudal berbasis darat, kapal selam dan pesawat pengebom untuk mengirimkannya.

Seorang penasihat keamanan utama Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Oleksiy Danilov, mengatakan, rencana Rusia tersebut juga akan mengacaukan stabilitas Belarusia, yang menurutnya telah disandera oleh Moskow.

Para ahli mengatakan, langkah Rusia ini sangat penting karena sampai saat ini Rusia bangga karena tidak seperti Amerika Serikat, Rusia tidak mengerahkan senjata nuklir di luar perbatasannya. Ini mungkin pertama kalinya sejak pertengahan 1990-an Rusia melakukannya.

Seorang penasihat senior Presiden Zelensky lainnya pada Hari Minggu mencemooh rencana Presiden Putin tersebut, dengan mengatakan bahwa pemimpin Rusia itu "terlalu mudah ditebak".

"Membuat pernyataan tentang senjata nuklir taktis di Belarus, dia mengakui bahwa dia takut kalah & yang bisa dia lakukan hanyalah menakut-nakuti dengan taktik," tulis Mykhailo Podolyak di Twitter.

Terpisah, Washington mengatakan tidak melihat adanya perubahan dalam potensi Moskow untuk menggunakan senjata nuklir dalam perang di Ukraina. Washington serta NATO mengatakan bahwa berita tersebut tidak akan mempengaruhi posisi nuklir mereka.

"Kami belum melihat adanya perubahan dalam postur nuklir Rusia yang akan membuat kami menyesuaikan postur nuklir kami," tulis juru bicara NATO.

Diketahui, senjata nuklir taktis mengacu pada senjata yang digunakan untuk tujuan tertentu di medan perang, bukan senjata yang memiliki kemampuan untuk meluluhlantakkan kota. Tidak jelas berapa banyak senjata semacam itu yang dimiliki Rusia, mengingat ini adalah area yang masih diselimuti kerahasiaan Perang Dingin.