Meriam Prancis Buatan Tahun 1894 dan Digunakan dalam Dua Perang Dunia Jadi Penanda Dimulainya Bulan Ramadan di Dubai
Meriam Ramadan Kepolisian Dubai, UEA. (Twitter/@DubaiPoliceHQ)

Bagikan:

JAKARTA - Meriam Ramadan ditembakkan dua kali pada Hari Rabu untuk menandai dimulainya bulan suci, tradisi yang sudah berlangsung puluhan tahun di Uni Emirat Arab (UEA).

Selama bulan puasa, meriam akan ditembakkan sekali sehari untuk menandai terbenamnya matahari, di mana tiba saatnya berbuka puasa dan Salat Maghrib.

Total ada enam meriam Inggris dan satu meriam Prancis yang ditempatkan di berbagai wilayah di emirat selama Ramadan, dengan masyarakat memiliki kesempatan untuk melihat dari dekat ritual tradisional tersebut.

Selama Ramadan, meriam-meriam buatan Inggris yang digunakan pada Perang Dunia Kedua ini dapat ditemukan di Expo City Dubai, Burj Khalifa, Madinat Jumeirah, Uptown Mirdiff dan Hatta Guest House.

Khusus di Dubai, sebuah meriam Prancis yang dibangun pada tahun 1894 dan digunakan dalam dua Perang Dunia akan ditembakkan untuk menandai dimulainya Ramadan. Meriam ini nantinya juga akan ditembakkan di 15 lokasi berbeda selama bulan puasa.

Meriam ini memiliki tempat kebanggaan di Museum Kepolisian Dubai. Tahun ini, meriam tersebut untuk kali pertama kembali bertugas, setelah lebih dari setengah abad disimpan di museum.

Mayor Abdullah Tarish Al Amimi, komandan unit artileri di Kepolisian Dubai, mengatakan, meriam Prancis tersebut belum pernah digunakan sejak tahun 1970-an.

Meriam ini merupakan salah satu dari dua meriam buatan Prancis yang ada di jajaran kepolisian, tetapi satu-satunya yang akan digunakan pada tahun 2023.

"Meriam Prancis dibuat pada tahun 1894 dan mulai digunakan pada tahun 1901. Meriam ini ikut serta dalam Perang Dunia Pertama dan Kedua. Hari ini, meriam tersebut akan digunakan pada bulan Ramadan," terang Mayor Al Amimi, melansir The National News 21 Maret.

"Meriam itu ditempatkan di depan museum Kepolisian Dubai. Karena meningkatnya permintaan akan meriam iftar, kepolisian melakukan perombakan total pada meriam tersebut dan kembali bertugas tahun ini," paparnya.

Sebelum dimuseumkan, meriam D75 tersebut digunakan Kepolisian Dubai pada tahun 1960-an untuk menyambut tamu-tamu penting dari Penguasa Dubai pada masa itu.

Praktik menembakkan meriam untuk menandakan berakhirnya hari puasa konon dimulai di Mesir pada abad ke-10. Sementara di UEA, praktik tersebut baru dimulai pada tahun 1960-an, menurut Letnan Satu Matar Al Tayer dari Departemen Kebahagiaan Masyarakat di Kepolisian Dubai.

"Pada tahun 1960-an, tidak ada (pengeras suara) di masjid-masjid. Jadi, tembakan meriamlah yang mengingatkan orang-orang untuk berbuka puasa. Kepolisian Dubai telah melanjutkan tradisi ini dan kami ingin memperkenalkannya kepada generasi muda," katanya.

Meriam-meriam tersebut diangkut ke lokasi mereka tiga jam sebelum berbuka puasa dengan bantuan mobil patroli polisi. Setiap meriam memiliki berat sekitar 1.650 kg. Kecepatan mobil tidak boleh melebihi 80 km/jam untuk memastikan meriam tiba dengan selamat.

"Ada senter di meriam untuk keamanan meriam dan orang-orang yang mengemudi di jalan," terang Letnan Al Tayer.

Meriam ini memiliki jangkauan suara 160 desibel, yang dapat didengar hingga jarak 10 km. Pengunjung diminta untuk menjaga jarak setidaknya 30 meter dari meriam karena kebisingannya.

Menurut protokol penembakan meriam, empat petugas mengoperasikan setiap meriam. Sementara petugas kelima hadir untuk memberikan perintah.

Dua petugas berbaris menuju meriam, satu mengoper peluru kosong dan petugas lainnya mengisi peluru dengan prosedur yang diatur dengan cermat dan teliti. Dua perwira lainnya tetap berada di belakang, sebagai penjaga meriam, dan memberikan perintah. Ketika tiba waktunya berbuka puasa, seorang petugas meneriakkan perintah dan meriam ditembakkan.

Untuk diketahui, dua tembakan ditembakkan untuk menandai dimulainya Ramadan, sementara hanya satu tembakan yang menandakan matahari terbenam setiap hari selama bulan suci.

Kemudian, dua tembakan juga menandakan dimulainya Idulfitri, yang menandai berakhirnya Ramadan. Dan dua tembakan kembali ditembakkan sebelum dimulainya Salat Idulfitri di pagi hari.

"Kami berharap tradisi ini terus berlanjut ke generasi berikutnya dan Kepolisian Dubai menyambut baik acara ini," harap Letnan Al Tayer.