3.400 Penabuh Beduk Terakreditasi di Istanbul Siap Lanjutkan Tradisi Sahur Kuno Turki
Ilustrasi salat saat Bulan Ramadan di Sabanci Merkez Mosque, Turki. (Wikimedia Commons/Staff Sgt. Alexander Cook)

Bagikan:

JAKARTA - Sedikitnya 3.400 penabuh beduk dari berbagai kelompok usia akan turun ke jalan di Istanbul, Turki selama Bulan Ramadan, untuk melanjutkan tradisi menabuh beduk guna membangunan orang untuk makan sahur, kata ketua asosiasi mukhtar pada Hari Selasa.

Mereka akan mengenakan kostum yang berasal dari zaman Ottoman, berjalan di 963 jalan di 963 permukiman kota terpadat di Turki ini, termasuk membacakan puisi pendek sebelum fajar yang menandai dimulainya ibadah puasa.

Selami Aykut, yang mengepalai sebuah federasi mukhtar di Istanbul yang membawahi para penabuh beduk tradisional Ramadan menyatakan, para penabuh beduk telah menyelesaikan seluruh persiapan mereka untuk Ramadan di Istanbul.

Dijelaskan olehnya, tradisi yang sudah ada sejak zaman Utsmaniyah ini merupakan salah satu keistimewaan Bulan Ramadan di Kota Istanbul.

"Kami berjuang untuk menjaga tradisi ini tetap hidup dengan 963 mukhtar dan penabuh beduk di Istanbul. Oleh karena itu, kami pertama-tama menentukan penabuh beduk Ramadan kami bersama para mukhtar, serta mencari pakaian yang cocok untuk mereka," kata Aykut, melansir Daily Sabah 21 Maret.

Lebih jauh diterangkan olehnya, beberapa penabuh beduk yang ditugaskan di setiap lingkungan, telah bekerja di daerah yang sama selama bertahun-tahun. Aykut mengungkapkan, tradisi ini sering kali dijaga secara turun-temurun dan diwariskan dari ayah ke anak laki-laki.

Diterangkan olehnya, para penabuh drum menjalani pelatihan sebelum memulai tugas mereka. Aykut mengatakan, peserta pelatihan yang lulus penilaian akan diberikan kartu "penabuh beduk Ramadan" dan kemudian siap untuk melakukan profesi unik selama satu bulan ini.

Menekankan bahwa menabuh beduk adalah sebuah pekerjaan dan tidak sembarang orang dapat melakukannya, Aykut mengatakan masyarakat harus memperhatikan akreditasi para penabuh drum.

Ia menggarisbawahi, budaya menabuh beduk saat Ramadan yang unik ini harus dilindungi dan dilestarikan untuk generasi mendatang.

"Kita harus menceritakan kepada anak-anak dan pemuda kita tentang budaya Ramadan dan keindahan Ramadan. Ini adalah nilai-nilai kita, kita harus melindunginya," pungkasnya.