Bagikan:

JAKARTA - Memeringati 30 tahun hubungan ASEAN dengan China, menteri-menteri luar negeri negara ASEAN menggelar pertemuan dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi.

Sejumlah hal dibahas dalam pertemuan kali ini, seperti masalah Indo Pasifik, Laut China Selatan hingga Myanmar. Bukan kebetulan jika China memang berbatasan dan bersinggungan langsung dengan negara-negara ASEAN terkait ketiga hal tersebut.

Dalam keterangan virtual Senin 7 Juni petang, Menlu Retno Marsudi yang hadir dalam pertemuan di China ini mengatakan, keberhasilan ASEAN menggelar 'ASEAN Leaders Meeting' (ALM) pada 24 April lalu di Indonesia, yang menghasilan '5 Point of Consensus' kini harus diimplementasikan.

"Dukungan RRT kepada ASEAN guna menindaklanjuti 5 point of consensus akan sangat dihargai, karena hal ini akan memberikan kontribusi bagi upaya mencapai solusi damai atas krisis yang terjadi di Myanmar," ujar Menlu Retno. 

menlu retno marsudi
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. (Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia)

Mengenai masalah Indo Pasifik, Menlu Retno mengajak ASEAN dan China untuk bekerja sama menjaga stabilitas, kedamaian dan kesejahteraan kawasan, di tengah dinamika geopolitik yang berkembang saat ini. 

"Oleh karena itu, kita harus terus meningkatkan kebiasaan untuk berdialog dan bukan persaingan (rivalry). Terus membangun kepercayaan strategis, dan bukan justru menciptakan defisit kepercayaan. Membangun kerja sama konkret yang saling menguntungkan atau win-win dan bukan zero-sum game, sejalan dengan 'ASEAN Outlook on the Indo-Pacific'," paparnya.

Sementara terkait dengan isu Laut China Laut China Selatan, Menlu Retno menggaris bawahi, kemampuan mengelola kawasan ini akan menjadi ujian bagi hubungan ASEAN - China.

Menurutnya, ASEAN dan China harus segera melanjutkan pembahasan Code of Conduct (CoC) yang kemajuannya saat ini sangat lambat. 

"Kita berharap perundingan ini cepat selesai dengan hasil yang efektif dan substantif. Dalam kaitan ini, Indonesia siap menjadi tuan rumah pertemuan negosiasi CoC di Jakarta dalam waktu dekat," tukas Menlu Retno.

Ditambahkan olehnya, Indonesia juga mendorong agar semua pihak terus mematuhi pelaksanaan  Declaration of Conduct (DoC), termasuk menahan diri (self restraint).

"Saya mengulangi kembali, kemampuan kita mengelola Laut China Selatan akan dapat memperkuat kemitraan kita yang setara, saling menguntungkan dan sangat diperlukan bagi perdamaian dan stabilitas global. Dan semua harus dilakukan sesuai dengan UNCLOS 1982," pungkasnya.