JAKARTA - Rusia terus mengembangkan kemampuan jet tempur canggih generasi kelima buatan mereka, Sukhoi Su-57. Terbaru, jet tempur ini mampu membawa empat drone serang, kemampuan yang membuat lima negara ASEAN tertarik mengoperasionalkannya.
Bukan sembarang drone serang, melainkan drone serang berat terbaru jenis Okhotnik. Nantinya, pilot Su-57 bisa mengoperasionalkan empat drone sekaligus, bersamaan, sebut sebuah sumber industri.
"Saat ini, opsi untuk mengendalikan drone serang dari kokpit Su-57 sedang dikerjakan. Sebuah jet tempur diharapkan membawa dua hingga empat drone Okhotnik," terang sumber tersebut seperti dilansir TASS, kendati belum ada informasi resmi Pemerintah Rusia mengenai hal ini.
Seperti yang dikatakan oleh kantor pers United Aircraft Corporation (UAC) Rusia sebelumnya kepada TASS, drone Okhotnik terbaru akan menyerang target udara dan darat dalam interaksi jaringan-sentris dengan pesawat tempur Su-57.
Dalam pekerjaan bersama mereka dengan pesawat tempur generasi kelima, drone Okhotnik akan menangani berbagai tugas, menyerang target udara dan darat di bawah komando pilot Sukhoi Su-57.
Ditambah dengan kemampuan tempur yang dimiliki, Su-57 bakal semakin ditakuti negara-negara Barat, namun diminati negara-negara yang ingin mencari alternatif pesawat tempur canggih, seiring dengan kemampuan membawa drone serang.
Seperti lima negara Asia Tenggara (ASEAN) yang disebut-sebut menunjukan minat terhadap Su-57. Kabar yang datang bukan dari orang sembarangan, melainkan CEO perusahaan persenjataan negara Rusia, Rosoboronextport Aleksandr Mikheyev 1 Juni lalu.
"Kami sedang melakukan negosiasi dengan beberapa negara. Kami melihat permintaan dan minat. Asia Tenggara, empat atau lima negara (menunjukkan minat mereka)," terangnya.
Duet maut
Sukhoi Su-57 adalah pesawat tempur multi-peran generasi kelima buatan Rusia yang dirancang untuk menghancurkan semua jenis target udara, darat, dan laut. Jet tempur Su-57 memiliki fitur teknologi siluman dengan penggunaan material komposit yang luas, mampu mengembangkan kecepatan jelajah supersonik, dan dilengkapi dengan peralatan radio-elektronik onboard paling canggih, termasuk komputer onboard yang kuat (yang disebut electronic second). pilot), sistem radar tersebar di seluruh tubuhnya dan beberapa inovasi lainnya, khususnya, persenjataan yang ditempatkan di dalam badan pesawatnya.
Su-57 mengudara untuk pertama kalinya pada tanggal 29 Januari 2010. Dibandingkan dengan pendahulunya, Su-57 menggabungkan fungsi pesawat serang dan jet tempur. Penggunaan material komposit dan teknologi inovasi dan pesawat tempur. Konfigurasi aerodinamis memastikan tingkat radar dan tanda tangan inframerah yang rendah.
Persenjataan pesawat akan mencakup, khususnya, rudal hipersonik. Jet tempur generasi kelima telah berhasil diuji dalam kondisi pertempuran di Suriah.
Sementara itu, drone S-70 Okhotnik yang dikembangkan oleh Biro Desain Sukhoi, menampilkan teknologi siluman dan desain sayap terbang (tidak memiliki ekor), yang mengurangi tanda radarnya. Menurut data sumber terbuka, drone ini memiliki berat lepas landas 20 ton dan dapat mengembangkan kecepatan sekitar 1.000 km/jam.
Drone serang berat Okhotnik melakukan penerbangan debutnya pada 3 Agustus 2019. Penerbangan berlangsung lebih dari 20 menit di bawah kendali operator.
Pada 27 September 2019, Okhotnik melakukan penerbangan bersama dengan jet tempur generasi kelima Su-57. Drone bermanuver di udara dalam mode otomatis pada ketinggian sekitar 1.600 meter dan penerbangannya berlangsung selama 30 menit.
BACA JUGA:
Dengan kemampuan yang dimiliki keduanya, Su-57 dan S-70 mampu menghadirkan duet maut di udara yang ditakuti lawan. Sayang, Aleksandr Mikheyev tidak merinci lebih jauh negara-negara ASEAN mana saja yang tertarik membeli Su-57, termasuk tidak diketahui apakah Indonesia termasuk di dalamnya.