Bagikan:

JAKARTA - Kabar baik datang bagi Rusia dari dua negara koleganya, India dan Iran. Kedua negara ini menyeriusi rencana pembelian persenjataan militer buatan Rusia, dengan India menunjukkan komitmennya dalam pembelian rudal S-400.

Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov mengatakan, Rusia dan India secara konsisten mengembangkan kerja sama di bidang ekonomi, politik, kemanusiaan, militer-teknis dan kesehatan sesuai dengan kesepakatan yang dicapai di tingkat tertinggi.

Dalam bidang militer, India disebut Lavrov tetap berkomitmen untuk membeli rudal canggih S-400 dari Rusia. Dikatakannya, tidak ada perubahan dalam kontrak Rusia dengan India, terkait pada pengiriman sistem rudal permukaan-ke-udara S-400.

"Izinkan saya mencatat implementasi kontrak pengiriman sistem S-400 ke India. Di sini kami tidak melihat perubahan dan kepemimpinan India menegaskan kembali komitmennya terhadap perjanjian ini," ujarnya pada konferensi pers, menyusul hasil dari pertemuan para menteri luar negeri dari asosiasi BRICS (Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan) yang diadakan melalui video conference, seperti melansir TASS, Selasa 1 Juni. 

New Delhi mengumumkan niatnya untuk membeli sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia pada tahun 2015. Kontrak senilai 5,43 miliar dolar Amerika Serikat untuk pengiriman lima set resimen sistem rudal anti-pesawat S-400 'Triumf', ditandatangani oleh Presiden Rusia Vladimir Putin saat berkunjung ke India pada Oktober 2018.

S-400 'Triumf' Rusia (nama pelaporan NATO: SA-21 Growler) adalah sistem rudal permukaan-ke-udara jarak jauh dan menengah terbaru yang mulai beroperasi pada tahun 2007. Sistem ini dirancang untuk menghancurkan pesawat strategis dan taktis, rudal jelajah dan balistik dan senjata hipersonik dan juga dapat digunakan melawan instalasi darat. 

kendaraan rusia
Ilustrasi kendaraan tempur Rusia. (Wikimedia Commons/Mil.ru/Ministry of Defence)

Ditakuti oleh Amerika Serikat dan sekutunya, S-400 dapat menyerang target pada jarak hingga 400 km dan pada ketinggian hingga 30 km di bawah tembakan dan gangguan musuh yang intensif. Serta mampu menyerang 36 target dalam waktu bersamaan.

Terpisah, Kepala Layanan Federal Rusia untuk Kerja Sama Militer dan Teknis Dmitry Shugayev menyebut Iran menunjukkan minat yang serius terhadap beragam senjata buatan Negeri Beruang Merah.

Berbicara di sela-sela Kongres Union of Machine-Builders pada Selasa, Shugayev menyebut Rusia memiliki prosepek kerja sama militer dan teknis dengan Iran, yang tertarik dengan berbagai jenis senjata buatan Rusia. 

"Kami memiliki hubungan lama dengan Iran. Kami menerapkan komitmen kontrak, yang kami asumsikan untuk pengiriman. Ada prospek (kerja sama militer dan teknis bilateral). Teheran tertarik pada berbagai jenis (persenjataan)," ungkap Shugayev.

Sementara, Duta Besar Iran untuk Rusia Kazem Jalali mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Saluran TV Zvezda, Kementerian Pertahanan Rusia pada Oktober 2020 lalu menyatakan, Republik Islam dan Rusia memiliki prospek yang baik untuk mengembangkan kerja sama militer dan teknis dengan berakhirnya embargo PBB atas pengiriman senjata.