Bertemu Presiden Putin, PM Narendra Modi Bahas Rudal S-400 hingga Produksi Senapan Serbu AK-203 Rusia di India
Presiden Vladimir Putin bersama PM Narendra Modi. (Wikimedia Commons/Kremlin.ru/Presidential Press and Information Office)

Bagikan:

JAKARTA - Perdana Menteri India Narendra Modi bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, untuk membahas hubungan pertahanan dan perdagangan, ketika India berusaha untuk menyeimbangkan hubungannya dengan Amerika Serikat.

Agenda KTT tahunan pada Hari Senin termasuk masalah politik dan pertahanan, menurut Kementerian Luar Negeri India. Pertemuan PM Modi dan Presiden Putin di New Delhi, India digelar beberapa jam setelah menteri pertahanan dan luar negeri kedua negara mengadakan dialog strategis untuk membahas penguatan hubungan antara India dan Rusia.

Kedua negara juga menandatangani banyak perjanjian pertahanan bilateral, termasuk pengadaan lebih dari 600.000 senapan serbu India dari Rusia.

Kementerian Pertahanan India menyebutnya sebagai kesepakatan 'tengara' yang akan menggantikan senapan buatan lokal dengan senjata modern, mengakhiri 'pencarian panjang' untuk kebutuhan tentaranya.

Menteri Luar Negeri India Harsh Vardhan Shringla mengatakan, India dan Rusia menandatangani 28 pakta investasi pada Hari Senin, termasuk kesepakatan pada baja, pembuatan kapal, batu bara dan energi.

India juga mulai menerima rudal S-400 dari Rusia bulan ini, kata Shringla, seraya menambahkan bahwa pasokan akan terus berlanjut, seperti mengutip Al Jazeera 6 Desember.

vladimir putin bersama narendra modi
PM Narendra Modi bersama Presiden Vladimir Putin. (Wikimedia Commons/Kremlin.ru/Presidential Press and Information Office)

Berbicara dalam pertemuan itu, PM Modi mengatakan kesepakatan yang dicapai akan "menguntungkan di berbagai sektor".

"Di bawah program ‘Make in India’, proyek pengembangan dan produksi bersama kami membuat kerja sama pertahanan kedua negara lebih kuat. Kerja sama kami juga berkembang di sektor luar angkasa dan nuklir sipil," terang PM Modi.

Kedua negara juga menandatangani perjanjian untuk memperpanjang kerja sama teknologi militer mereka untuk dekade berikutnya.

Berbicara di ibukota bersama Modi, Presiden Putin mengatakan: "Rekan-rekan kami, menteri luar negeri dan pertahanan ada di sini. Ini adalah pertemuan pertama dalam format ini. Artinya, kita terus mengembangkan hubungan kita di kancah internasional dan di bidang militer."

"Kami menganggap India sebagai kekuatan besar, negara yang bersahabat, dan teman yang telah teruji waktu," ujar Presiden Putin menggarus bawahi.

India dan Rusia memiliki sejarah panjang hubungan dekat dan telah menetapkan target 30 miliar AS dalam perdagangan bilateral pada akhir tahun 2025.

Namun baru-baru ini, India semakin dekat dengan Amerika Serikat, yang dianggap penting untuk melawan China.

Presiden Putin harus menghadapi dinamika regional yang kompleks, dengan ketegangan yang meningkat antara New Delhi dan Beijing, yang secara tradisional merupakan sekutu Moskow, menyusul kebuntuan militer selama berbulan-bulan di sepanjang perbatasan mereka yang disengketakan di Ladakh timur.

Setidaknya 20 tentara India tewas dalam bentrokan perbatasan dengan China tahun lalu. China mengatakan kehilangan empat tentara.

s-400 rusia
Ilustrasi sistem rudal S-400 Rusia. (Wikimedia Commons/Mil.ru/Юрий Шипилов)

Rusia, sementara itu, telah menyatakan keberatan atas pembentukan Quad, sebuah kelompok yang melibatkan AS, India, Jepang, dan Australia yang dibentuk sebagai tanggapan atas meningkatnya ketegasan China di kawasan Indo-Pasifik.

Sementara itu mengutip The New York Times, pembelian sistem pertahanan rudal India mengisyaratkan bahwa mereka lebih khawatir tentang China yang berani di perbatasannya daripada tentang kemarahan Amerika Serikat.

India dan Rusia mengumumkan perluasan hubungan pertahanan pada hari Senin selama kunjungan Presiden Vladimir Putin ke New Delhi, termasuk rincian penjualan sistem pertahanan rudal senilai 5,4 miliar dolar AS ke India, meskipun ada risiko sanksi dari Amerika Serikat.

"Kesepakatan S-400 tidak hanya memiliki makna simbolis. Ini memiliki arti praktis yang sangat penting bagi kemampuan pertahanan India," ungkap Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, kepada kantor berita India ANI.

Selain sistem pertahanan rudal S-400, India dan Rusia menandatangani kesepakatan senilai 600 juta dolar AS untuk memproduksi ratusan ribu senapan AK-203 Rusia secara lokal dan perjanjian tambahan untuk memperluas kerja sama antara negara dalam teknologi militer untuk dekade berikutnya.

Senapan tersebut, yang diharapkan dapat menggantikan senapan gaya Kalashnikov yang digunakan oleh tentara India, akan diproduksi di negara bagian Uttar Pradesh di India melalui usaha patungan, menurut laporan media lokal.

ak-203 rusia
Ilustrasi senapan serbu AK-203 Rusia. (Wikimedia Commons/Titianis Rex)

Nandan Unnikrishnan, ahli hubungan India dengan Rusia di Observer Research Foundation yang berbasis di New Delhi mengatakan, Rusia memberi India mitra senjata yang terjangkau dan fleksibel.

"India tidak memiliki kucing seperti yang dimiliki China dengan semua tantangan perkembangan kami. Sementara peralatan Amerika atau Israel canggih, uang yang dibutuhkannya tiga kali lebih banyak," papar Unnikrishnan.

Unnikrishnan mengatakan dampak besar bagi India tidak mungkin terjadi, karena Amerika Serikat membutuhkan India yang kuat secara militer untuk menyeimbangkan kebangkitan China di kawasan itu.

"Sebanyak India mengambil risiko, saya benar-benar yakin AS juga akan mengambil risiko jika mengambil jalan sanksi. AS cukup canggih untuk memahami bahwa mereka tidak boleh merugikan sekutu potensial mereka sendiri dalam perjuangan gambaran yang lebih besar yang mereka miliki," pungkasnya.

Untuk diketahui, perjalanan Presiden Putin ke India dilakukan saat pasukan Rusia menumpuk di dekat Ukraina, membuat pejabat Barat memperingatkan Kremlin dapat merencanakan invasi skala besar. Mereka mengatakan, Rusia dapat menghadapi sanksi yang merusak dari Amerika Serikat dan Eropa jika Kremlin melakukan serangan.

Namun kunjungannya ke India—perjalanan luar negeri pertamanya sejak pertemuan puncak Juni dengan Presiden Biden di Jenewa—juga mengirim telegram bahwa Rusia masih memiliki banyak teman di luar Barat.