JAKARTA - Menteri Luar Negeri Indonesia mengatakan penting untuk memperkokoh kerja sama ASEAN dengan China, termasuk hal-hal seputar Laut China Selatan, sebagai mitra di kawasan, untuk mewujudkan perdamaian dan stabilitas bersama.
Itu dikatakan Menlu Retno dalam pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN dengan delegasi China yang dipimpin oleh diplomat senior Wang Yi di sela-sela gelaran Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM) ke-56 di Jakarta pada Hari Kamis.
Menlu Retno mengatakan, China adalah mitra penting ASEAN dalam menjaga perdamaian, stabilitas dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik selama lebih dari tiga dekade.
Secara ekonomi, lanjutnya, Negeri Tirai Bambu adalah mitra dagang terbesar ASEAN, demikian pula sebaliknya, ASEAN mitra dagang terbesar China
Dijelaskan Menlu Retno, nilai perdagangan kedua belah pihak mencapai 975 miliar dolar AS. Tak hanya itu, China juga menjadi sumber investasi asing terbesar keempat bagi ASEAN dengan nilai sebesar 13,8 miliar dolar AS di tahun 2021.
"Kemitraan kita semakin penting di tengah tantangan yang semakin meningkat," kata Menlu Retno, melansir keterangan Kementerian Luar Negeri, Kamis 13 Juli.
Tahun ini hubungan ini, China dan ASEAN menorehkan sejarah penting dengan diselesaikannya panduan untuk mempercepat perundingan negosiasi Kode Etik (COC) di Laut China Selatan yang efektif dan substantif yang tertuang dalam "Guidelines for Accelerating the Early Conclusion of an Effective and Substantive COC", penyelesaikan pembacaan kedua atas draf tunggal perundingan COC, serta
peringatan 20 tahun aksesi RRT atas Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (TAC).
"Capaian ini harus terus membangun momentum positif untuk mempererat kemitraan yang memajukan paradigma inklusivitas dan keterbukaan, menghormati hukum internasional termasuk UNCLOS 1982, serta mendorong kebiasaan dialog dan kolaborasi," urai Menlu Retno.
Dikatakannya, baik ASEAN maupun China harus bekerja keras untuk memperkokoh kemitraan tersebut. China menurutnya harus menjadi mitra terpercaya ASEAN dalam merawat arsitektur kawasan yang terbuka dan inklusif.
"Hanya dengan begitu kita bisa mencapai kerja sama yang win-win demi terciptanya perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran bersama di Indo-Pasifik," ungkap Menlu Retno.
Dalam kesempatan yang sama, Menlu Retno meminta dukungan China terhadap implementasi konkret ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP), termasuk rencana penyelenggaraan ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) Bulan September mendatang.
BACA JUGA:
Pada gilirannya, China menyampaikan dukungan terhadap TAC dan sentralitas ASEAN dalam pembangunan arsitektur kawasan inklusif. Beijing juga mengangkat sejumlah area kerja sama prioritas, seperti pertanian, pengembangan kendaraan listrik, ekonomi biru, hingga people-to-people contacts.
Pertemuan ASEAN-China kali ini juga digunakan untuk mendorong penyelesaian negosiasi Free Trade Areement (FTA) 3.0, guna memperkuat hubungan dagang dan rantai pasok kawasan. Pertemuan juga menekankan pentingnya revitalisasi konektivitas paska-pandemi, termasuk realisasi komitmen China dalam pembangunan infrastruktur kawasan.
Selain itu, pertemuan kali ini juga mendorong kerja sama penanganan perubahan iklim, termasuk untuk memastikan ketahanan pangan kawasan, serta pengembangan energi baru dan
terbarukan.