JAKARTA - Pasukan Rusia berencana untuk mengevakuasi lebih dari 3.000 pekerja dari kota yang melayani pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang diduduki, mengakibatkan "kekurangan personel yang luar biasa", perusahaan Energoatom milik negara Ukraina mengatakan pada Hari Rabu.
Pekan lalu, kepala pengawas tenaga nuklir PBB Rafael Grossi mengatakan, situasi di sekitar stasiun nuklir yang dikuasai Rusia telah menjadi "berpotensi berbahaya", setelah para pejabat yang ditempatkan di Moskow mulai mengevakuasi orang-orang dari daerah-daerah terdekat.
Energoatom Ukraina mengatakan, pihaknya telah menerima informasi tentang persiapan evakuasi sekitar 3.100 orang dari kota selatan Enerhodar, termasuk 2.700 pekerja yang telah menandatangani kontrak dengan perusahaan yang didirikan oleh Rusia tersebut.
"Penjajah Rusia membuktikan ketidakmampuan mereka untuk memastikan pengoperasian pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia, karena saat ini ada kekurangan personel yang sangat besar," kata perusahaan dalam sebuah pernyataan di layanan pesan Telegram, melansir Reuters 10 Mei.
"Bahkan para pekerja Ukraina yang telah menandatangani kontrak yang memalukan, ... akan segera 'dievakuasi'. Dan ini akan memperburuk masalah yang sudah sangat mendesak, dalam hal memiliki jumlah personel yang cukup untuk memastikan keamanan operasi PLTN (pembangkit listrik tenaga nuklir), bahkan dalam kondisi penutupan saat ini," lanjut pernyataan itu.
Reuters tidak dapat memverifikasi laporan tersebut secara independen. Sementara, Rusia tidak segera memberikan komentar.
BACA JUGA:
Diketahui, Ukraina secara luas diperkirakan akan segera melancarkan serangan balasan untuk mencoba memukul mundur pasukan Rusia, dengan sejumlah pihak mengatakan merebut kembali seluruh wilayah Zaporizhzhia adalah salah satu tujuannya.
Pasukan Rusia merebut pembangkit listrik Zaporizhzhia beberapa hari setelah Presiden Vladimir Putin meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina pada Februari 2022. Baku tembak sering terjadi di dekat fasilitas tersebut, dengan masing-masing pihak saling menyalahkan satu sama lain.