Bagikan:

JAKARTA - Warga Serbia menyerahkan lebih dari 3.000 senjata ilegal dan suku cadangnya, dalam dua hari pertama amnesti senjata yang diberlakukan, setelah dua penembakan massal yang menewaskan 17 orang, kata Presiden Aleksandar Vucic pada Hari Rabu.

Amnesti tersebut diluncurkan pada Hari Senin, setelah seorang siswa sekolah berusia 13 tahun dengan dua pistol diduga membunuh delapan murid dan seorang penjaga keamanan Rabu pekan lalu. Sementara enam murid dan seorang guru lainnya mengalami luka-luka.

Siswa tersebut ditahan dan menjalani evaluasi psikologis, tetapi tidak dapat dimintai pertanggungjawaban pidana karena usianya yang masih muda. Polisi mengatakan, ia telah mengakui penembakan tersebut.

Keesokan harinya, seorang pria yang mengacungkan senapan serbu dan pistol menewaskan delapan orang dan melukai 14 orang di dua desa di Serbia tengah. Tersangka yang berusia 21 tahun kini telah ditahan.

Presiden Vucic mengatakan, sejauh ini masyarakat telah menyerahkan lebih dari 3.000 pucuk senjata, tanpa merinci jenisnya.

Dalam amnesti senjata sebelumnya yang diluncurkan selama dua dekade terakhir, orang-orang menyerahkan senjata kelas militer yang dilarang, senjata berburu, pistol, dan juga laras, mekanisme penguncian, dan bagian lainnya. Puluhan ribu butir amunisi juga telah diserahkan.

"Itu adalah kabar baik, karena risiko yang ditimbulkan jauh lebih kecil," kata Presiden Vucic saat berbicara di televisi, melansir Reuters 10 Mei.

Di bawah ketentuan amnesti, orang-orang diundang untuk menyerahkan senjata ilegal termasuk senjata kelas militer, senjata yang dimiliki secara legal yang tidak lagi mereka inginkan, amunisi, dan persenjataan, secara anonim dan tanpa rasa takut akan tuntutan.

Sementara itu, departemen kepolisian mendesak orang-orang yang memiliki bahan peledak atau persenjataan untuk tidak membawanya ke kantor polisi, melainkan menunggu petugas terlatih untuk memindahkan dan membuangnya.

Sebelumnya, Presiden Vucic mengumumkan pemeriksaan tambahan terhadap pemilik senjata api yang terdaftar dan tempat latihan menembak, kehadiran polisi yang lebih besar di sekolah-sekolah, dan perubahan pada hukum pidana yang membayangkan hukuman penjara yang lebih lama, untuk kejahatan yang berkaitan dengan senjata api.

Juga pada Hari Rabu, polisi mengatakan mereka menahan ayah dari tersangka penembakan minggu lalu di Serbia tengah, kantor berita Tanjug melaporkan.

Diketahui, Serbia memiliki budaya senjata yang mengakar kuat dan bersama dengan negara-negara Balkan Barat lainnya, dibanjiri dengan senjata dan persenjataan kelas militer yang berada di tangan swasta, setelah perang tahun 1990-an yang mencabik-cabik bekas negara Yugoslavia.