Bagikan:

JAKARTA - Qatar, salah satu mediator konflik kelompok militan pimpinan Hamas dengan tentara Israel, mengatakan masa depan Gaza setelah perang harus diputuskan oleh Palestina, bukan pihak luar.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Majed al-Ansari mengatakan pada konferensi pers di Doha, masalah itu adalah "masalah Palestina," setelah Israel bersikeras menyingkirkan Hamas dan Amerika Serikat mengusulkan untuk mengambil alih wilayah itu.

"Dari sudut pandang kami, ini adalah masalah Palestina tentang apa yang terjadi pascakonflik ini," kata al-Ansari ketika ditanya tentang tujuan Israel yang dinyatakan untuk menyingkirkan Hamas, seperti melansir Al Arabiya News 18 Februari.

"Ini adalah masalah Palestina tentang siapa yang mewakili Palestina dalam kapasitas resmi dan juga kelompok dan partai politik di bidang politik," katanya.

Diketahui, tahap pertama gencatan senjata yang sedang berlangsung, yang akan berakhir pada tanggal 1 Maret, sejauh ini telah membebaskan 19 sandera Israel dengan imbalan lebih dari 1.100 warga Palestina yang ditahan Israel.

Pertukaran sandera-tahanan lainnya diharapkan terjadi sebelum akhir tahap pertama, yang juga telah memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza yang terkepung.

Al-Ansari menambahkan, "bantuan yang masuk ke Jalur Gaza hari ini tidak mencukupi."

"Menggunakan bantuan kemanusiaan sebagai alat tawar-menawar dalam negosiasi merupakan kejahatan tersendiri."