WHO Sebut Jumlah Korban Tewas Akibat COVID-19 di Eropa Bisa Melebihi 2,2 Juta Jiwa pada Maret 2022
Ilustrasi COVID-19 Uni Eropa. (Wikimedia Commons/focusonmore.com)

Bagikan:

JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan pada Hari Selasa, Eropa dapat mengalami pertambahan jumlah kematian akibat COIVD-19 sekitar 700.000 hingga Maret mendatang, menjadikan jumlah total melebihi 2,2 juta jiwa.

Total kematian kumulatif akibat penyakit pernapasan di 53 negara di kawasan Eropa WHO telah melampaui 1,5 juta sebut pernyataan itu, dengan tingkat harian dua kali lipat dari akhir September menjadi 4.200 per hari.

Untuk diketahui, wilayah Eropa WHO juga mencakup Rusia dan bekas Republik Uni Soviet lainnya serta Turki.

"Kematian yang dilaporkan secara kumulatif diproyeksikan mencapai lebih dari 2,2 juta pada musim semi tahun depan, berdasarkan tren saat ini," sebut WHO, seraya menambahkan COVID-19 sekarang menjadi penyebab kematian regional teratas, mengutip Reuters 24 November.

Tekanan tinggi atau ekstrem pada unit perawatan intensif (ICU) rumah sakit diperkirakan terjadi di 49 dari 53 negara pada 1 Maret, WHO menambahkan.

Prancis, Spanyol, dan Hongaria termasuk di antara negara-negara yang diperkirakan akan mengalami tekanan ekstrem dalam penggunaan ICU pada awal 2022, menurut data yang dikutip oleh WHO Eropa.

Sementara, Belanda mulai memindahkan pasien COVID-19 melintasi perbatasan ke Jerman pada Hari Selasa, ketika tekanan meningkat pada rumah sakit dan infeksi melonjak ke level rekor. Austria memulai penguncian keempat pada hari Senin.

WHO mengatakan, tingginya jumlah orang yang tidak divaksinasi serta pengurangan perlindungan yang disebabkan oleh vaksin, adalah di antara faktor-faktor yang memicu penularan tinggi di Eropa di samping dominasi varian Delta dan relaksasi langkah-langkah kebersihan.

Direktur WHO Eropa Hans Kluge mendesak orang untuk mendapatkan vaksinasi dan juga untuk mendapatkan dosis booster "jika ditawarkan".

Terpisah, pejabat WHO di markas besar Jenewa sebelumnya telah menyarankan agar tidak menggunakan booster vaksin COVID-19, sampai lebih banyak orang di seluruh dunia menerima dosis primer. Pejabat WHO tidak segera menanggapi permintaan komentar tentang apakah ini mewakili perubahan dalam pedoman resmi.

"Kita semua memiliki kesempatan dan tanggung jawab untuk membantu mencegah tragedi yang tidak perlu dan hilangnya nyawa, dan membatasi gangguan lebih lanjut terhadap masyarakat dan bisnis selama musim dingin ini," tukas Kluge.