Soal Latihan Militer Bareng Amerika Serikat, Korea Selatan: Belum Ada Keputusan
JAKARTA - Korea Selatan mengumumkan belum ada keputusan yang dibuat, terkait dengan recana latihan militer bersama dengan Amerika Serikat yang semula direncanakan berlangsung bulan ini.
Latihan militer yang rutin digelar Korea Selatan bersama Amerika Serikat saat musim semi dan musim panas, mendapat kritik keras dari Korea Utara, lantaran latihan digelar di tengah upaya untuk memperbaiki hubungan kedua Korea.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan pada Hari Senin, Seoul dan Washington sedang dalam pembicaraan mengenai latihan, tersebut tetapi belum ada keputusan yang dibuat.
"Kami tidak bisa mengomentari pernyataannya, tetapi mengenai latihan, waktu dan metodenya belum final," kata juru bicara kementerian Boo Seung-chan dalam sebuah keterangan mengutip Reuters, Senin 2 Agustus.
"Sekutu akan memutuskan setelah mempertimbangkan COVID-19, postur pertahanan bersama, rencana transfer kendali operasional masa perang, dan masalah "mendukung upaya diplomatik untuk membangun perdamaian abadi di semenanjung Korea," tambah Boo.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Unifikasi Lee Jong-joo, yang menangani urusan antar-Korea mengatakan, latihan itu tidak boleh menjadi 'sumber ketegangan militer dalam hal apa pun', tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Latihan telah diperkecil dalam beberapa tahun terakhir untuk memfasilitasi pembicaraan antara Korea Utara dan pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump, yang bertujuan untuk membongkar program nuklir dan rudal Pyongyang dengan imbalan keringanan sanksi AS.
Tetapi negosiasi terhenti setelah Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un gagal mencapai kesepakata dalam pertemuan puncak kedua yang digelar 28 Februari 2019 lalu di Hanoi, Vietnam.
Pandemi virus corona juga berdampak pada latihan, dengan sekutu berfokus pada simulasi terkomputerisasi dan meminimalkan pelatihan lapangan langsung, tanpa memobilisasi pasukan yang berbasis di AS.
Sebelumnya, Sseorang pejabat tinggi Kementerian Unifikasi mengatakan pada Hari Jumat pekan lalu, latihan harus ditunda untuk membantu memulai kembali pembicaraan nuklir. Tetapi, Lee menolak berkomentar ketika ditanya apakah kementerian berencana untuk membuat rekomendasi resmi.
Lee mengatakan pekan lalu, Korea Selatan mengusulkan pembentukan sistem konferensi video untuk mempercepat dialog antar-Korea dan menyetujui rencana dua kelompok bantuan sipil untuk mengirim bantuan kemanusiaan ke Korea Utara.
Untuk diketahui, Kim Yo Jong, adik perempuan pemimpin Kore Utara Kim Joong-un mengeluarkan ultimatum terkait dengan rencana Korea Selatan menggelar latihan militer bersama dengan Amerika Serikat (AS) bulan ini.
Seperti dikutip Reuters Minggu 1 Agutus dari KCNA, Kim Yo-jong menyebut rencana latihan bersama tersebut busa merusak rencana untuk memperbaiki dan membangun kembali hubungan dua Korea.
Ia pun menyinggung, kesepakatan untuk memulihkan hotline antara kedua negara pekan lalu,
tidak boleh dilihat sebagai sesuatu yang lebih dari menghubungkan kembali hubungan 'fisik', dan akan 'tidak bijaksana' untuk mengasumsikan konferensi tingkat tinggi (KTT) kedua negara sudah dekat.
"Pemerintah dan militer kami akan terus mengawasi apakah Korea Selatan melanjutkan latihan perang yang agresif, atau membuat keputusan besar. Harapan atau keputusasaan? Itu bukan terserah kami," ujarnya.
Baca juga:
- Korea Selatan dan AS Bakal Gelar Latihan Perang Bulan Ini, Adik Kim Jong-un Keluarkan Ultimatum
- Dahului Intelijen AS, Laporan Partai Republik Sebut Virus Corona Berasal dari Kebocoran Laboratorium China
- Putus Penularan Varian Delta: Tentara Mulai Patroli di Sydney, Brisbane Perpanjang Lockdown
- Anggota Hizbullah Dibunuh saat Pernikahan, Pemakamannya Diserang Kelompok Bersenjata
Sebelumnya, juru bicara Pentagon John Supple meniadakan kemungkinan menunda latihan militer gabungan AS-Korea yang dijadwalkan pada Agustus, setelah puluhan anggota parlemen Partai Demokrat (DP) Korea Selatan yang berkuasa meminta penundaan.
"Tidak ada perubahan pada jadwal acara pelatihan yang kami rencanakan. Kesiapan militer adalah prioritas utama menteri pertahanan. Acara pelatihan militer gabungan kami adalah metode utama untuk memastikan kesiapan aliansi gabungan kami," terang Supple kepada Radio Free Asia seperti melansir Koreajoongangdaily 4 Juli.