Korsel-AS Gelar Latihan Gabungan, Korut: Perang Nuklir Bisa Dipicu Percikan Api
Latihan militer gabungan Amerika Serikat dan Korea Selatan. (Sumber: ROK JCS)

Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Pertahanan Korea Utara mendesak Korea Selatan dan Amerika Serikat untuk menghentikan latihan militer, mengatakan latihan tersebut merupakan latihan perang dan memperingatkan konsekuensinya, lapor kantor berita pemerintah Hari Selasa.

Militer Korea Selatan dan Amerika Serikat memulai latihan musim semi tahunan mereka pada Hari Senin dengan jumlah pasukan yang bergabung dua kali lipat dibandingkan tahun lalu, dalam upaya untuk meningkatkan tanggapan mereka terhadap ancaman nuklir dan rudal Korea Utara yang terus berkembang.

Pyongyang bereaksi dengan marah terhadap latihan militer sekutu dan menyebutnya sebagai latihan untuk perang nuklir. Sedangkan Seoul dan Washington mengatakan latihan tersebut bersifat defensif dan merupakan respons terhadap ancaman Korea Utara.

Juru bicara Kementerian Pertahanan Pyongyang yang tidak disebutkan namanya mengatakan, pihaknya mengecam keras apa yang disebutnya sebagai latihan militer yang "panik dan sembrono", mendesak agar latihan tersebut dihentikan.

Latihan itu tidak akan pernah bersifat defensif tetapi merupakan upaya untuk menyerang Korea Utara, kata juru bicara itu, menunjuk pada peningkatan skala latihan dan partisipasi 11 negara.

"Perang nuklir dapat tersulut bahkan dengan percikan api," kata juru bicara itu melansir Reuters dari KCNA 5 Maret.

Amerika Serikat dan Korea Selatan harus "membayar harga yang mahal untuk pilihan yang salah," tambah pejabat tersebut, berjanji untuk melakukan "kegiatan militer untuk mengendalikan lingkungan keamanan yang tidak stabil."

Diketahui, latihan militer gabungan 'Freedom Shield' yang digelar Negeri Paman Sam dan Negeri Ginseng, juga diikuti oleh United Nations Command (UNC) dan akan berakhir 14 Maret mendatang. Ini digelar ketika Korea Utara berusaha mengembangkan kemampuan nuklirnya dengan uji coba rudal dan senjata lainnya.

Latihan ini terutama dirancang untuk menetralisir ancaman nuklir Korea Utara, termasuk dengan "mengidentifikasi dan menyerang" rudal jelajah, yang diindikasikan dapat membawa hulu ledak nuklir, kata pejabat militer Seoul.