Bagikan:

JAKARTA – Seorang pemilik Tesla mengajukan gugatan class action terhadap pabrik mobil itu, 24 Juni lalu di Pengadilan Tinggi Alameda County, AS . Penggugat menyatakan bahwa pihak tergugat melanggar janjinya yang pernah menjanjikan untuk pengisian daya kendaraan listrik seumur hidup gratis untuk beberapa pemilik.

Sebelumnya, untuk meningkatkan penjualan dari 2012 hingga 2016, Tesla menjanjikan sebagian besar pembeli  untuk mobil model tertentu, bahwa mereka dapat menggunakan jaringan Supercharger Tesla secara gratis seumur hidup.

Namun pada akhir 2016, perusahaan justru mengenakan biaya untuk pengemudi yang meninggalkan mobil mereka di Supercharger setelah kendaraan selesai diisi. "Biaya menganggur" ini adalah 0,50 dolar AS per menit, atau 1 dolar AS per menit saat stasiun dalam kapasitas penuh.

Dilaporkan oleh Bloomberg, Kevin Shenkman, seorang pengacara di California Selatan, mengajukan keluhan terhadap pabrik mobil Tesla pada 24 Juni di Pengadilan Tinggi Alameda County. Ia menyebut bahwa biaya tersebut bisa berarti bahwa  "Tesla melanggar janjinya untuk memberikan Supercharging gratis seumur hidup." 

Keluhan tersebut menuduh Tesla melanggar kontraknya dan melanggar undang-undang periklanan dan persaingan California. Gugatan itu menyebut mencari status class action, dengan anggota kelas terbatas pada penduduk California yang membeli kendaraan berkemampuan Supercharger sebelum 17 Desember 2016.

Warga yang membeli beberapa model Tesla dengan baterai lebih kecil dan mereka yang membeli mobil setelah Maret 2017 tidak mendapatkan Supercharging gratis seumur hidup.

Seth Yohalem, dari kantor Waskowski Johnson Yohalem LLP, sebagai pengacara Shenkman masih menolak berkomentar soal gugatan itu. Sementara Tesla tidak juga memberikan komentar meski sudah beberapa kali dihubungi media AS.

Pada bulan Desember 2016, Tesla memperkenalkan biaya idle untuk Supercharger-nya. Jika pengemudi atau pemilik mobil tidak membayar, maka Tesla memotong layanan. 

Shenkman pernah terpaksa kena biaya. Ia harus membayar 83.570 dolar AS untuk Tesla Model S-nya pada tahun 2014. Padahal menurut perjanjian pembeliannya adalah "Supercharger Enabled," kata gugatan itu. Hingga kini Shenkman masih menolak membayar biaya idle di stasiun pengisian Tesla ini.

Setelah Shenkman menolak untuk membayar biaya idle, ia diberitahu bahwa mobilnya tidak dapat mengakses Supercharging kecuali dia membayar denda terdahulu. Surat peringatan yang dikirim Tesla pada bulan Februari lalu, kini menjadi barang bukti dalam gugatan Shenkman.

Gugatan itu mengatakan bahwa Shenkman membeli Tesla-nya "khusus karena dia mengerti bahwa Supercharging akan gratis seumur hidup" dan bahwa dia "tidak akan membeli Tesla jika berlaku sebaliknya."

Dalam gugatan itu, Shenkman mengatakan dia berusaha untuk mewakili semua pemilik Tesla untuk memulihkan biaya dan ganti rugi mereka. Dia terus mencari perintah dari pengadilan untuk menghentikan kebijakan Tesla mengenakan biaya pada pemilik mobil lain seperti dirinya.

"Perubahan Tesla secara signifikan merusak proposisi nilai yang telah dijanjikan kepada pelanggan awal," kata gugatan itu.

Tesla kini memiliki sekitar 2.800 situs Supercharger secara global, termasuk sekitar 1.100 di AS. Tetapi stasiun daya ini menjadi "padat" karena penjualan Tesla meningkat.

"Tampaknya Tesla mengaku mengenakan biaya Supercharging untuk menangani meningkatnya permintaan penggunaan Supercharger yang disebabkan oleh peningkatan produksi Tesla," tulis Yohalem dalam suratnya kepada Tesla pada Februari lalu.

Tesla telah "lama merencanakan" peluncuran lebih banyak kendaraan "dan seharusnya tahu" bahwa itu "akan mengakibatkan kekurangan Supercharger yang tersedia."

Sebuah studi oleh peneliti University of California Davis yang diterbitkan awal tahun ini berpendapat bahwa pengisian daya merupakan hambatan untuk kepemilikan kendaraan listrik. Ini alasan utama pemilik EV kembali ke kendaraan gas.