Bagikan:

JAKARTA –  Teknologi mobil otonom hingga kini disebut memang masih belum sempurna.  Masih ada banyak kendala hingga menjalankan kendaraan tanpa pengawasan manusia masih sering menjadi persoalan besar, yang berujung pada kecelakaan. Ini pula yang membuat pabrik mobil otonom beberapa kali dituntut oleh pelanggannya.

Terbaru, Tesla Inc  digugat pada Rabu, 14 September,  dalam sebuah gugatan class action yang diajukan  karena menuduh perusahaan mobil listrik Elon Musk  itu menyesatkan publik dengan mengiklankan fitur Autopilot dan Full Self-Driving.

Keluhan tersebut menuduh Tesla dan Musk sejak 2016  menipu dengan mengiklankan teknologi itu berfungsi penuh atau "hanya sebentar lagi" meskipun mengetahui bahwa teknologi itu tidak berfungsi atau tidak ada, dan membuat kendaraan tidak aman.

Briggs Matsko, penggugat yang disebutkan namanya, mengatakan Tesla melakukan ini untuk "menghasilkan kegembiraan" tentang kendaraannya, menarik investasi, meningkatkan penjualan, menghindari kebangkrutan, menaikkan harga sahamnya dan menjadi "pemain dominan" dalam kendaraan listrik.

"Tesla belum memproduksi apa pun bahkan dari jarak jauh untuk mendekati mobil self-driving sepenuhnya," kata Matsko.

Gugatan yang diajukan di pengadilan federal di San Francisco itu mencari ganti rugi yang tidak ditentukan untuk orang-orang yang sejak 2016 membeli atau menyewa kendaraan Tesla dengan fitur Autopilot, Enhanced Autopilot, dan Full Self-Driving.

Tesla tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters tentang laporan itu. Mereka justru sudah membubarkan departemen hubungan medianya pada tahun 2020.

Gugatan itu muncul menyusul adanya pengaduan yang diajukan pada 28 Juli oleh Departemen Kendaraan Bermotor California yang menuduh Tesla melebih-lebihkan seberapa baik sistem bantuan pengemudi canggih (ADAS) bekerja.  

Perbaikan di sana dapat mencakup penangguhan lisensi Tesla di California, dan membutuhkan restitusi kepada pengemudi.

Tesla mengatakan Autopilot memungkinkan kendaraan untuk mengarahkan, mempercepat dan mengerem di dalam jalur mereka, sementara Full Self-Driving memungkinkan kendaraan mematuhi sinyal lalu lintas dan berpindah jalur.

Ia juga mengatakan kedua teknologi "membutuhkan pengawasan pengemudi aktif," dengan pengemudi "penuh perhatian" yang tangannya berada di atas kemudi, "dan tidak membuat kendaraan menjadi otonom."

Matsko, dari Rancho Murieta, California, mengatakan dia membayar premi  5.000 dolar AS (Rp74,5 juta