JAKARTA - Pendiri sekaligus CEO Telegram Pavel Durov menyayangkan penangkapan dirinya oleh pemerintah Eropa, karena Telegram diduga terlibat dalam transaksi ilegal, distribusi gambar pelecehan anak, perdagangan narkoba, penipuan, dan lain sebagainya.
Dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui saluran broadcast nya di Telegram, Durov mengatakan bahwa seharusnya pemerintah Eropa menghubungi Durov dengan cara lain, bukan malah menangkapnya.
“Pihak berwenang Prancis mempunyai banyak cara untuk menghubungi saya untuk meminta bantuan. Sebagai warga negara Prancis, saya sering menjadi tamu di konsulat Prancis di Dubai,” tulis Durov.
Dia juga menegaskan bahwa jika Eropa memiliki masalah dengan suatu platform, seharusnya mereka menindak platform itu sendiri. Karena menurutnya, menangkap CEO atas kejahatan yang dilakukan pihak ketiga di suatu platform adalah langkah yang salah.
“Menggunakan undang-undang sebelum adanya ponsel pintar untuk menuntut seorang CEO atas kejahatan yang dilakukan oleh pihak ketiga pada platform yang ia kelola adalah pendekatan yang salah arah,” tegasnya.
BACA JUGA:
Bahkan, Durov tidak segan-segan bila mereka harus meninggalkan suatu negara karena tidak sesuai dengan prinsip perusahaan. Contohnya ketika Telegram diblokir di Iran ketika menolak untuk memblokir saluran pengunjuk rasa damai di negara tersebut.
Terakhir, Durov juga membantah tuduhan orang-orang yang mengklaim bahwa Telegram adalah surga anarkis. Karena menurutnya, Telegram telah memblokir jutaan postingan dan saluran berbahaya setiap harinya.
“Kami menerbitkan laporan transparansi harian (seperti ini atau ini). Kami memiliki hotline langsung dengan LSM untuk memproses permintaan moderasi mendesak dengan lebih cepat,” pungkasnya.