JAKARTA – Pada Senin, 5 Agustus, perusahaan milik pemerintah Cina, Shanghai Spacecom Satellite Technology (SSST), meluncurkan batch pertama satelit untuk proyek megakonstelasi yang dirancang untuk bersaing dengan jaringan internet global Starlink milik SpaceX. Peluncuran ini dilakukan di Pusat Peluncuran Satelit Taiyuan, provinsi Shanxi, seperti dilaporkan oleh China Securities Journal.
Proyek ini dikenal sebagai "Thousand Sails Constellation" atau "G60 Starlink Plan" dan merupakan bagian dari rencana Cina untuk mengembangkan jaringan satelit broadband yang setara dengan Starlink, yang saat ini memiliki sekitar 5.500 satelit di orbit. Tujuan dari konstelasi ini adalah untuk menyediakan layanan internet global dengan meluncurkan lebih dari 15.000 satelit orbit rendah Bumi (LEO), yang diharapkan dapat dilakukan sebelum 2030.
Satelit LEO beroperasi pada ketinggian antara 300 km hingga 2.000 km dari permukaan Bumi, menawarkan transmisi data yang lebih efisien dan biaya yang lebih rendah dibandingkan satelit di orbit lebih tinggi.
BACA JUGA:
Peluncuran ini menandai langkah strategis Cina dalam upayanya untuk menyamai kemampuan Starlink, yang sudah digunakan secara luas di Amerika Serikat dan direncanakan untuk menambah puluhan ribu satelit lagi dalam sistemnya. Starlink saat ini juga sudah beroperasi di Indonesia. Sementara SSST berencana untuk meluncurkan 108 satelit tahun ini, 648 satelit pada akhir 2025, dan mencapai cakupan jaringan global pada 2027.
Peneliti dari Angkatan Bersenjata Pembebasan Rakyat (PLA) Cina telah mempelajari penggunaan Starlink dalam konflik di Ukraina dan mengidentifikasi potensi risiko terhadap keamanan luar angkasa Cina jika terlibat dalam konflik dengan Amerika Serikat. Opini yang diterbitkan di media PLA pada bulan Januari menggambarkan Starlink sebagai ancaman serius terhadap keamanan aset luar angkasa berbagai negara.
SSST belum memberikan tanggapan terhadap permintaan komentar mengenai peluncuran ini.