JAKARTA – OpenAI telah mengembangkan sistem untuk menambahkan watermark pada teks yang dihasilkan ChatGPT, baik di situs web maupun aplikasinya. Namun, OpenAI masih ragu untuk merilisnya.
Watermark tidak akan memengaruhi kualitas teks yang dibuat ChatGPT, tetapi fitur ini akan menunjukkan bahwa pengguna memakai teks yang dihasilkan Kecerdasan Buatan (AI). Hal ini yang menyebabkan OpenAI ragu untuk meluncurkan watermark.
Berdasarkan hasil survei Wall Street Journal, hampir 30 persen pengguna ChatGPT akan lebih jarang menggunakan chatbot tersebut atau bahkan beralih ke chatbot lain jika OpenAI merilis watermark. Jika hal ini terjadi, laba bersih perusahaan akan berkurang.
Namun, tak sedikit juga yang mendukung peluncuran watermark pada teks yang dihasilkan ChatGPT. Seperti para guru misalnya, mereka bisa mengetahui apakah tugas yang dikumpulkan siswanya merupakan buatan ChatGPT.
BACA JUGA:
Saat ini, OpenAI masih melakukan penelitian dan pertimbangan terhadap penggunaan watermark. Pendekatan yang dilakukan perusahaan menunjukkan bahwa watermark efektif dalam mendeteksi berbagai perubahan kecil pada teks yang dihasilkan AI.
Namun, alat ini tidak bisa menghadapi perubahan teks yang besar seperti terjemahan atau manipulasi teks yang sangat kompleks. Artinya, jika hasil penulisan AI diubah dengan teks yang lebih kompleks, watermark OpenAI tidak akan terdeteksi.
OpenAI menyadari bahwa banyak yang mendukung peluncuran alat ini, tetapi watermark juga bisa merugikan beberapa orang. Alat ini bisa membantu pengguna menerjemahkan atau menulis ulang teks ke dalam bahasa asing. Dengan adanya watermark, fitur ini akan merugikan para pengguna tersebut.