JAKARTA – Administrasi Penerbangan Federal (FAA) AS mengungkapkan bahwa larangan peluncuran Falcon 9 telah dicabut pada 25 Juli lalu. Kini, SpaceX diizinkan untuk kembali menggunakan roket tersebut.
Dilansir dari Reuters, FAA menjelaskan bahwa mereka tidak menemukan masalah keselamatan publik pada peluncuran Falcon 9 yang gagal. Oleh karena itu, Falcon 9 bisa diluncurkan kembali ke luar angkasa dalam waktu dekat.
Pernyataan yang dikeluarkan FAA menyusul laporan investigasi yang telah diselesaikan SpaceX. Di hari yang sama, perusahaan milik Elon Musk itu menyerahkan laporan kecelakaan Falcon 9 terkait anomali peluncuran pada 11 Juli lalu.
Menurut SpaceX, tim yang menginvestigasi permasalahan ini berhasil menemukan penyebab yang paling mungkin terjadi. Dari hasil investigasi, diketahui bahwa pembakaran pertama mesin tahap kedua berjalan lebih cepat karena kebocoran oksigen cair.
Kebocoran ini terjadi di dalam isolasi yang berada di sekitar mesin tahap atas. Akibat dari kebocoran ini, saluran penginderaan dengan sensor tekanan yang terpasang di sistem oksigen kendaraan menjadi retak.
"Saluran ini retak karena kelelahan yang disebabkan oleh beban tinggi dari getaran mesin dan kelonggaran pada klem yang biasanya membatasi saluran," jelas SpaceX melalui situs resminya.
BACA JUGA:
Kebocoran oksigen cair menyebabkan pendinginan yang berlebihan pada komponen mesin sehingga mesin mengalami start dengan keras di waktu yang tidak tepat. Tindakan ini merusak perangkat keras mesin dan tahap atas kehilangan kendali arah.
"Meski begitu, tahap kedua terus beroperasi sesuai rancangan, menyebarkan satelit Starlink dan berhasil menyelesaikan pasivasi tahap, proses pembuangan energi yang tersimpan di tahap, yang terjadi pada akhir setiap misi Falcon," kata SpaceX.
Setelah mengetahui penyebab dari kegagalan peluncuran Falcon 9, SpaceX akan menghilangkan jalur sensor dan sensor yang rusak pada mesin tahap kedua. Perusahaan itu akan menggunakan sensor alternatif yang sudah ada di dalam mesin.