JAKARTA – Badan Penerbangan Federal (FAA) AS mengeluarkan larangan untuk terbang sementara bagi roket Falcon 9 milik SpaceX. Larangan ini dikeluarkan pada 28 Agustus karena booster roket gagal mendarat.
Kegagalan ini terjadi setelah Falcon 9 meluncurkan 21 satelit Starlink dari Kompleks Peluncuran Luar Angkasa 40 Cape Canaveral. Starlink berhasil ditempatkan di orbit sesuai rencana dan SpaceX tidak menemukan masalah saat booster kembali ke Bumi.
Proses turunnya booster Falcon 9 terlihat normal pada awalnya. Namun, sekitar delapan menit setelah mendarat, api keluar dari dasar pendorong roket hingga menyebabkan booster terbalik. Booster atau tahap pertama ini pecah dalam kurun waktu 10 detik setelah terbalik.
SpaceX, melalui akun media sosialnya, mengonfirmasi bahwa booster tahap pertama Falcon 9 terbalik dan meledak di landasan pendaratan. Meski terjadi masalah pada tahap pertama, tahap kedua tetap berhasil menyelesaikan pembakaran mesin di orbit.
"Setelah berhasil naik, booster tahap pertama Falcon 9 terbalik setelah mendarat di pesawat nirawak A Shortfall of Gravitas. Tim sedang menilai data penerbangan dan status pendorong (untuk menyelidiki masalahnya)," ungkap SpaceX tak lama setelah peluncuran.
BACA JUGA:
Kini, FAA sedang menyelidiki implikasi keselamatan publik dari gagalnya pendaratan booster. Kasus hancurnya booster tahap pertama Falcon 9 tidak menimbulkan korban jiwa maupun luka, tetapi FAA tetap harus melakukan penyelidikan secara menyeluruh.
Selama penyelidikan berlangsung, SpaceX dilarang untuk menggunakan roket Falcon 9 untuk sementara waktu. Jika insiden ini terbukti tidak melibatkan sistem yang dapat membahayakan keselamatan publik, SpaceX dapat mengajukan permintaan untuk melanjutkan peluncuran.
"SpaceX mungkin perlu meminta dan menerima persetujuan dari FAA untuk mengubah lisensinya yang mencakup tindakan korektif apa pun dan memenuhi semua persyaratan lisensi lainnya," kata lembaga tersebut dalam situs resminya.