Bagikan:

JAKARTA - Sebuah kelompok hacker yang diduga terkait dengan Rusia mengklaim telah meretas Federal Reserve Amerika Serikat dan mengancam akan mengungkap rahasia perbankan Amerika jika mereka tidak menerima tebusan. Kelompok tersebut, yang dikenal sebagai LockBit, memperingatkan bahwa mereka akan mempublikasikan "33 terabyte informasi perbankan menarik" jika tuntutan mereka tidak dipenuhi pada pukul 16:27 ET 25 Juni

Jumlah tebusan belum diketahui, tetapi LockBit berbagi pernyataan di dark web yang menunjukkan seorang "negosiator" menawarkan mereka 50.000 dolar AS (Rp821,2 juta) - yang diduga ditolak.

Federal Reserve belum memberikan komentar terkait klaim peretasan tersebut, tetapi sebelumnya menyatakan bahwa "sebuah peristiwa siber bisa sangat merusak."

Waktu serangan yang diduga ini bisa menimbulkan implikasi yang lebih besar, menurut Carlos Perez, Direktur Keamanan Intelijen di TrustedSec.

"Ini terjadi pada tahun pemilihan dan mengingat hubungan kelompok-kelompok ini dengan agen intelijen Rusia, kita tidak bisa mengabaikan kemungkinan bahwa data yang bocor bisa dimanipulasi dan tidak akurat, sehingga menyebarkan ketakutan, ketidakpastian, dan keraguan sebagai bagian dari operasi pengaruh," kata Perez dikutip VOI dari DailyMail.com.

Sementara itu  Federal Reserve, bank sentral tersebut, menolak memberikan komentar terkait klaim tersebut.

LockBit mengungkapkan bahwa bank sentral ini telah menjadi korban terbaru mereka pada Senin 24 Juni, dengan berbagi pernyataan di dark web dengan hitungan mundur hingga mereka merilis data yang diduga dicuri tersebut. Waktu poengumuman itu tak lama berselng dengan pengumuman LockBit soal peretasan mereka di Indonesia. 

"Perbankan federal adalah istilah untuk cara Federal Reserve Amerika Serikat mendistribusikan uangnya," bunyi pengumuman tersebut.

Reserve mengoperasikan dua belas distrik perbankan di seluruh negara yang mengawasi distribusi uang dalam distrik masing-masing.

LockBit mengancam untuk merilis "33 terabyte informasi perbankan menarik yang berisi rahasia perbankan orang Amerika. Anda sebaiknya menyewa negosiator lain dalam 48 jam dan memecat orang idiot ini yang menilai kerahasiaan bank Amerika senilai 50.000 dolar AS."

Alex Holden, pendiri dan kepala petugas keamanan informasi di Hold Security, LLC, mengatakan  bahwa dia telah berurusan dengan sejumlah negosiasi ransomware dan respons geng tersebut "menunjukkan bahwa Federal Reserve tidak hanya mengetahui situasinya tetapi mereka sebenarnya memiliki negosiator yang mewakili mereka."

Federal Reserve mengawasi kebijakan moneter negara dan mengatur bank dan infrastruktur keuangan. Sebuah serangan siber sebesar ini bisa membuat warga rentan terhadap pencurian identitas yang berkaitan dengan nomor jaminan sosial dan nomor rekening bank serta informasi pribadi lainnya.

Jika informasi ini dirilis, kesalahpahaman dalam laporan pasar bisa menyebabkan nilai saham jatuh dan dimanfaatkan oleh bank pesaing, baik di dalam maupun luar AS.

Namun, pakar keamanan siber lainnya menyatakan bahwa klaim LockBit mungkin hanyalah ancaman kosong. Analis keamanan siber Dominic Alvieri mengatakan tidak ada bukti bahwa kelompok tersebut meretas Federal Reserve, menambahkan bahwa LockBit "mungkin hanya membuang-buang waktu."

Departemen Luar Negeri AS mengungkap pemimpin LockBit pada bulan Mei, menawarkan hadiah hingga 10 juta dolar AS (Rp164 miliar) untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Dmitry Khoroshev, seorang warga negara Rusia.

LockBit telah melakukan serangan terhadap lebih dari 2.500 korban di seluruh dunia sejak tahun 2020, dengan 1.800 di antaranya berada di AS, yang menghasilkan tebusan sebesar 150 juta dolar AS (Rp2,4 triliun).

LockBit adalah kelompok pemerasan ganda yang tidak hanya mengenkripsi data pengguna tetapi juga mengancam akan merilisnya jika tuntutan tebusan mereka, yang bisa mencapai jutaan, tidak dipenuhi.