JAKARTA – Setelah meluncurkan CubeSat, satelit kecil berukuran kubus, pertama pada 25 Mei lalu, NASA kini meluncurkan CubeSat kedua untuk misi Energi Radiant Kutub dalam Eksperimen Inframerah Jauh (PREFIRE).
Satelit kedua ini diluncurkan pada Rabu, 4 Juni menggunakan roket Electron milik Rocket Lab. Saat ini, kedua CubeSat sedang dipastikan beroperasi dengan normal oleh insinyur dan ilmuwan NASA. Proses pengamatan ini akan dilakukan selama 30 hari.
Jika CubeSat sudah dipastikan dapat beroperasi, NASA akan memulai misi PREFIRE. Menurut kontrak misinya, dua satelit ini akan bertugas di luar angkasa selama 10 bulan untuk mengumpulkan data dari wilayah kutub yang ada di Bumi.
Eksekutif Program PREFIRE Amanda Whitehurst mengatakan bahwa misi PREFIRE dapat membantu para ilmuwan dalam mengembangkan model iklim dan es. Model ini akan memberikan gambaran yang lebih baik mengenai pola iklim dan cuaca.
"PREFIRE pada akhirnya akan membantu meningkatkan model iklim dan es,” kata Whitehurst. "(model ini) akan bermanfaat bagi umat manusia dengan memberi kita gambaran yang lebih baik tentang bagaimana pola iklim dan cuaca akan berubah di tahun-tahun mendatang.”
BACA JUGA:
PREFIRE merupakan misi yang NASA gerakan untuk memahami keseimbangan antara energi panas yang masuk ke Bumi dan panas yang dikeluarkan dari kutub. Satelit PREFIRE akan memberikan informasi mengenai kapan energi inframerah dipancarkan dari Arktik dan Antarktika.
Dari data yang sama, CubeSat akan mempelajari proses pembentukan awan, perubahan kelembapan udara, dan mencairnya lapisan es di kutub. Kedua satelit ini akan melewati bagian bumi yang sama selama beberapa kali dalam untuk mendapatkan data yang bervariasi.