JAKARTA – Para peneliti di Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) terus mengamati bulan secara aktif. Hal ini dilakukan untuk mendukung jalannya program eksplorasi Artemis.
Berdasarkan hasil studi terbaru menggunakan kamera Lunar Reconnaissance Orbiter (LRO), para peneliti menemukan gaya kontraksi yang memecahkan kerak bulan dan membuat satelit alami itu mengalami penyusutan.
Menurut NASA, penyusutan ini terjadi karena pendinginan interior bulan masih panas dan karena gaya pasang surut di Bumi. Akibat dari kontraksi ini, sesar dorong atau patahan kerak bumi terbentuk dan menyebabkan gempa bulan yang kuat.
“Pemodelan kami menunjukkan bahwa gempa bulan dangkal yang mampu menghasilkan guncangan tanah yang kuat di wilayah kutub selatan mungkin terjadi akibat peristiwa slip pada patahan yang sudah ada atau pembentukan patahan dorong baru,” kata Peneliti Tom Watters.
Dengan temuan ini, NASA bisa memperkirakan lokasi atau stabilitas pos untuk melindungi para astronot. Pasalnya, patahan dorongan muda, potensi aktif, dan potensi pembentukan patahan yang baru bisa menghambat eksplorasi di Bulan.
Sejauh ini, para peneliti berhasil mendeteksi gempa bulan dangkal terkuat di wilayah kutub selatana bulan. Kamera LRO juga mendeteksi beberapa wilayah lainnya yang rentan terhadap tanah longsor regolit hanya karena guncangan seismik ringan.
Rekan dari Watters, Renee Weber, mengatakan bahwa mereka akan memperluas pengukuran untuk mencari data seismik yang baru. Hal ini akan membantu para peneliti dalam menghindari bahaya seismik di berbagai wilayah bulan.
“Untuk lebih memahami bahaya seismik yang ditimbulkan oleh aktivitas manusia di Bulan di masa depan, kita memerlukan data seismik baru, tidak hanya di Kutub Selatan, tetapi secara global,” jelas Weber.