JAKARTA – NASA telah meluncurkan CubeSat atau satelit kubus berukuran kecil dari misi Polar Radiant Energy in the Far-InfraRed Experiment (PREFIRE). Satelit seukuran kotak sepatu ini diluncurkan pada 25 Mei.
Dari dua satelit yang NASA kembangkan, lembaga negara AS itu baru meluncurkan salah satu satelit. Sekitar lima jam setelah lepas landas menggunakan roket Electron milik Rocket Lab, satelit tersebut berhasil terhubung dengan operator di Bumi.
Menurut pernyataan NASA, CubeSat kedua untuk misi PREFIRE akan diluncurkan dalam beberapa hari mendatang. Jika nantinya kedua satelit sudah berada di orbit, para teknisi dan ilmuwan akan memantau kinerja CubeSat selama 30 hari.
Setelah dipastikan bekerja dengan normal, kedua satelit akan beroperasi selama 10 bulan untuk mengukur jumlah panas yang dikeluarkan dari dua wilayah terdingin dan terpencil di Bumi. Wilayah tersebut adalah Arktik dan Antarktika.
Direktur Ilmu Bumi NASA Karen St. Germain menjelaskan bahwa tujuan utama dari peluncuran misi PREFIRE adalah perolehan data untuk memprediksi perubahan jumlah es, lautan, dan cuaca yang terjadi akibat pemanasan global.
"Hal ini akan meningkatkan prediksi hilangnya es laut, pencairan lapisan es, dan kenaikan permukaan laut, sehingga menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana sistem planet kita akan berubah di tahun-tahun mendatang," kata Germain.
BACA JUGA:
Selain mencari pemahaman yang lebih mendalam mengenai dampak pemanasan global, Germain mengatakan bahwa PREFIRE akan melacak perubahan cuaca dan air. Misi yang satu ini sangat penting bagi para petani dan masyarakat pesisir.
Untuk mendukung jalannya misi PREFIRE, kedua CubeSat akan membawa spektrometer inframerah termal sebagai instrumen. Alat yang menggunakan cermin dan sensor ini akan mempermudah CubeSat dalam memperoleh data.